Senin, 29 Maret 2021

REFLEKSI 85: PAHLAWAN NASIONAL PROF.DR. IR. HERMAN JOHANNES

 Herman Johannes orang besar: berpikir besar, berhati besar, berjiwa besar, berkarya besar...

 

Prof. Dr. Ir. Herman Johannes, panggilan akrabnya Pak  Jo,  lahir di Rote, NTT, 28 Mei 1912. Wafat, 17 Oktober 1992, di Yogyakarta, pada usia 80 tahun. Herman Yohannes adalah cendekiawam, politikus, ilmuwan, Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM), serta PAHLAWAN NASIONAL INDONESIA.

 

Herman Johanes pernah menjabat Menteri Pekerjaan Umum, 1950 s.d. 1951, Rektor UGM, 1961 s.d 1966, Koordinator Perguruan Tinggi  (Koperti), 1966 s.d 1979, Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) RI, 1968 s.d.1978.

 

Herman Johanes menikah tahun 1955 dengan Annie Marie Gilbertine Amalo ( lahir, 18 Juni 1927), seorang putri raja dari wilayan Leli, Pulau Rote. Mereka dikarunia empat putra: Christine, Henriette, Daniel Johannes, Helmi Johannes.

 

 

Pendidikan

 

Herman Johanes mengawali pendidikannya di Sekolah Melayu, Baa, Rote, NTT, 1921. Selepas Sekolah Melayu, ia melanjutkan di  Europesche Lagere School  (ELS),  Kupang, NTT, 1922. Pendidikan  Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) , Makassar, Sulawesi Selatan, lulus 1928. Dari Makasar Herman pindah ke Batavia untuk menempuh  Algemene Middelbare School (AMS), Batavia, 1931. Sesudahnya, menempuh Technische Hogeschool (THS), Bandung, tahun akademik 1934 s.d. 1935

Pada bulan Juni 1939, ia sudah lulus tahap candidaat-ingenieur (lulus tingkat III)[ dan tinggal menyelesaikan tingkat IV - tahap keinsinyurannya, yang jika lancar dapat ditempuh dalam satu tahun untuk mencapai gelar insinyur sipil, namun dengan jatuhnya Hindia Belanda pada tanggal 8 Maret 1942 dan  THS Bandung ditutup.  sehingga studinya terpaksa terhenti.

Tahun 1944 Jepang membuka kembali sekolah ini dengan nama Bandung Kogyo Daigaku (BKD).  Setelah  Proklamasi Kemerdekaan,  1945,  BKD diubah menjadi Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung.  Tahun  1946, hijrah ke Yogyakarta dengan mengubah nama menjadi Sekolah Tinggi Teknik Bandung.

Sekitar bulan Oktober 1946,  Herman Johannes menyelesaikan studinya di STT Bandung di Yogya,  yang menjadi cikal bakal Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Herman Johannes banyak mengabdikan dirinya kepada kepentingan negara dan bangsanya, terutama rakyat kecil.

Hingga menjelang akhir hayatnya, ia masih melakukan penelitian yang menghasilkan kompor hemat energi dengan briket arang biomassa.  Keprihatinannya akan tingginya harga minyak bumi, mendorongnya untuk mencari bahan bakar alternatif yang bisa dipakai secara luas oleh masyarakat. Herman Johannes pernah meneliti kemungkinan penggunaan lamtoro gung, nipah, widuri, limbah pertanian, bahkan gambut sebagai bahan bakar.  

Kemiliteran

Meski lebih banyak dikenal sebagai pendidik dan ilmuwan, Herman Johannes tercatat pernah berkarier di bidang militer. di bidang. Tanggal 4 November 1946 Herman Johannes menerima Surat Perintah yang ditadatangani Kapten (Kavaleri) Soerjosoemarno yang mengatasnamakan Kepala Staf Umum Kementerian Keamanan Rakyat  Letjen Urip Sumohardjo.  Herman Yohannes harus segera hadir  ke Markas Tertinggi Tentara di Yogyakarta. Herman Yohannes ditugasi membangun sebuah laboratorium persenjataan bagi TNI.  

Permintaan ini diterimanya dengan satu syarat, yakni jika laboratorium itu sudah bisa berdiri dan berproduksi, maka penanganannya harus dilanjutkan orang lain sebab Herman Johannes ingin melanjutkan kariernya di bidang pendidikan. Di bawah pimpinan Herman Johannes, Laboratorium Persenjataan yang terletak  di bangunan Sekolah Menengah Tinggi Kotabaru dan berhasil memproduksi bemacam bahan peledak, seperti bom asap dan granat tangan.

Keahlian Herman Johannes  sebagai fisikawan dan kimiawan, mampu memblokade gerak pasukan Belanda selama clash I dan II(Agresi Militer 1 dan 2 ). Bulan Desember 1948, Letkol Soeharto,  sebagai Komandan Resimen XXII TNI yang membawahi daerah Yogyakarta,  meminta Herman Johannes memasang bom di jembatan kereta api Sungai Progo. Ia berhasil, pasukan Resimen XXII membom jembatan tersebut.

Januari 1949, Kolonel GPH Djati koesoemo, meminta Herman Johannes bergabung dengan pasukan Akademi Militer  di sektor Sub-Wehrkreise 104 Yogyakarta, yang  markas komando di Desa Kringinan  dekat Candi Kalasan. Herman Johannes diminta meledakkan Jembatan Bogem di atas Sungai Opak. Aksi gerilya ini melumpuhkan aktivitas pasukan Belanda sebab mereka harus memutar jauh  mengelilingi Gunung Merapi-Merbabu, serta melewati  Salatiga-Magelang untuk bisa masuk ke wilayah Yogyakarta.

Pengalamannya bergerilya, Herman Johannes berperan  serta  Serangan Umum 1 Maret 1949, yang menyerbu kota Yogyakarta di pagi buta dan bisa menduduki ibu kota Republik selama enam jam. Herman Johannes juga menjadi saksi sumbangan Sri Sultan Hamengkubuwono IX  pada perjuangan kemerdekaan Indonesia. Mereka bertiga mengenakan seragam baru hadiah Sri Sultan Hamengkubuwono IX 

Pekerjaan

  • Guru, Cursus tot Opleiding van Middelbare Bouwkundingen (COMB), Bandung, 1940
  • Guru, Sekolah Menengah Tinggi (SMT), Jakarta, 1942
  • Dosen Fisika, Sekolah Tinggi Kedokteran, Salemba, Jakarta, 1943
  • Lektor, Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung di Yogyakarta, 1946–1948
  • Mahaguru, STT Bandung di Yogyakarta, Juni 1948
  • Dekan Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta, 1951–1956
  • Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam (FIPA) UGM, Yogyakarta, 1955–1962
  • Rektor Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1961–1966
  • Koordinator Perguruan Tinggi (Koperti), DIJ-Jateng, 1966–1979
  • Ketua, Regional Science and Development Center (RSDC), Yogyakarta, 1969

Karier

  • Anggota, Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), 1945–1946
  • Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga RI, 1950–1951
  • Anggota Executive Board UNESCO, Paris, 1954-1957
  • Anggota Dewan Nasional, 1957–1958
  • Anggota Dewan Perancang Nasional (Deppernas), 1958–1962
  • Anggota,  Dewan Pertimbangan Agung RI ( DPA RI), 1968–1978
  • Anggota Komisi Empat (Tim Pemberantasan Korupsi), 1970
  • Anggota, Panitia Istilah Teknik, Departemen Pekerjaan Umum RI, 1969–1975
  • Anggota Majelisa Bahasa Indonesia-Malaysia Anggota (MABIM), 1972–1976
  • Anggota Pepunas Ristek, Jakarta, 1980–1985
  • Anggota Dewan Riset Nasional, 1985–1992

Karier Militer

  • Kepala Laboratorium Persenjataan, Markas Tertinggi Tentara, Yogyakarta, 1946
  • Anggota Pasukan Akademi Militer Yogyakarta, Sektor Sub-Wehrkreise 104, Desember 1948–Juni 1949
  • Dosen, Akademi Militer Yogyakarta, 1946–1948
  • Pangkat terakhir: Mayor TNI, 1949
  • Komandan Resimen Mahakarta, 1962–1965

Organisasi

  • Christen Studenten Vereniging (CSV), Bandung, 1934
  • Indonesische Studenten Vereniging (ISV), Bandung, 1934
  • Timorese Jongeren/Ketua Perkumpulan Kebangsaan Timor (PKT), Bandung, 1934
  • Anggota, Angkatan Muda Pegawai Republik Indonesia (AMPRI), Jakarta, 1945
  • Ketua, Gerakan Rakyat Indonesia Sunda Kecil (GRISK), 1947
  • Partai Indonesia Raya (PIR) 1948
  • Ketua, Yayasan Hatta, 1950–1992
  • Pernah menjadi Ketua Keluarga Alumini Universitas Gadjah Mada (KAGMA)), 1958-1961, 1973-1981
  • Pernah menjadi Ketua Legiun Veteran Yogyakarta
  • Pernah menjadi Pengurus Legium Veteran Republik Indonesia (LVRI) Pusat 
  • Anggota Persatuan Insinyur Indonesia (PII)

Penghargaan

Pada tanggal 19 Desember 2016, atas jasa jasanya, Pemerintah Republik Indonesia, mengabadikan beliau di pecahan uang logam rupiah baru, pecahan Rp. 100,00

  • Bintang Gerilya, 1958
  • Satya Lencana Perjuangan Kemerdekaan, 1961
  • Satya Lencana Wirakarya, 1971
  • Bintang Mahaputera, 1973
  • Doktor Honoris Causa, UGM, 1975
  • Bintang Legiun Veteran RI, 1981
  • Anugerah Sri Sultan Hamengkubuwono IX, 1991
  • Pahlawan Nasional, 2009

Karya Tulis

  • Zarrah-zarrah Fisika Modern, (Jajasan Fonds Universitit Negeri Gadjah Mada, 1953)
  • Pantjasila Seichtisar dalam Kata-Kata Bung Karno, (Universitas Gadjah Mada, 1963)
  • Teknik Squeeze dalam Bridge, (PT Indira, Jakarta, 1970)
  • Pengantar Matematika untuk Ekonomi, (bersama Budiono Sri Handoko; Pustaka LP3ES, Jakarta 1974)
  • Gaya Bahasa Keilmuan, (Universitas Gadjah Mada, 1979)
  • Membina Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa yang Ilmiah, Indah dan Lincah, (Universitas Gadjah Mada, 1980)
  • Kamus Istilah Ilmu dan Teknologi, (PT Indira, Jakarta, 1981)
  • Aneka Teknik Sepit, (Penerbit Liberty, Yogyakarta, 1989)

H


erman Johannes orang besar: berpikir besar, berhati besar, berjiwa besar, berkarya besar...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REFLEKSI : 104 PAHLAWAN NASIONAL ROBERT WOLTER MONGISIDI

Robert dilahirkan di Malalayang< Manado,   anak ke-4 dari Petrus Mongisidi dan Lina Suawa,   14 Februari 1925. Panggilan akrab Robert...