Penghargaan yang pernah diterima oleh IJ Kasimo:
· Pahlawan Nasioanl kepada IJ Kasimo berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 113/TK/2011 tanggal 7 November 2011.
· I.J. Kasimo mendapat anugerah Bintang Ordo Gregorius Agung dari Paus Yohanes Paulus II dan diangkat menjadi Komandator Golongan Sipil dari Ordo Gregorius Agung karena perjuangan yang telah ia lakukan. I.J.
· Salah Satu Pendiri Unika Atma Jaya I.J. Kasimo diabadikan sebagai salah satu nama gedung di Unika Atma Jaya
· Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono (10 April 1900 s.d.1 Agustus, 1986) adalah salah seorang pelopor kemerdekaan Indonesia.
· Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono lahir di Yogyakarta, 10 April 1900. Wafat di Jakarta, 1 Agustus 1986, pada usia 86 tahun, dimakamkan di Taman Pahlawan Kalibata, Jakarta. I.J. Kasimo adalah anak kedua dari sebelas bersaudara. Ayahnya, Ronosentika, seorang prajurit Keraton Yogyakarta, seorang tokoh yang memperjuangkan hak-hak anak jajahan. Ibunya, Dalikem, mengurus keperluan rumah tangga.
Sebagai seorang prajurit keraton, Ayah IJ Kasimo, tidak diperbolehkan memiliki pekerjaan lain, kecuali mengabdi pada sultan. Segala sesuatu dipusatkan untuk kepentingan Sultan, beserta keluarganya. Sistem tersebut menjadikan Ayah IJ Kasimo tidak menerima gaji. Namun, sebagai imbalan, diberi sebidang tanah seluas 7096,50 meter persegi.
Setelah terbitnya aturan baru, 1918, ayah IJ Kasimo menerima uang sebesar 26 gelo. Kasimo merasakan bahwa gaji ayahnya tidak mencukupi untuk kebutuhan keluarga. Itu sebabnya, ibunya harus memeras keringat dan membanting tulang dengan menjadi Parealan atau tukang tukar uang di pasar serta membuat usaha pembatikan kecil-kecilan. IJ Kasimo kerap membantu ibunya melayani pelanggan di warung, mengerok batik, menemaninya ke pasar, membuat teh untuk ayahnya, dan menimba air.
IJ Kasimo gemar membaca. Ia sering meminjam buku-buku milik ayahnya yang bekerja di Keraton. Setiap malam ia selalu membaca buku tentang Babad Ramayana. Dengan penguasaan bahasa Belanda, maka kemampuan bacaan IJ Kasimo semakin luas. Ia sering mempelajari buku bacaan dari bahasa Belanda yang berhubungan dengan pengetahuan ekonomi, sosial, dan politik.
Ketika kakak tertuanya dipersiapkan menggantikan ayahnya, maka Kasimo menggantikan posisi kakaknya dan sekaligus bertanggung jawab sebagai anak laki-laki tertua. Ia harus bekerja keras membantu ibunya mengurus rumah tangga.
Setelah lulus dari Bumi Putra Gading, Kasimo masuk sekolah di Muntilan yang didirikan oleh Romo Van Lith. Kasimo tinggal di asrama Van Lith. April 1913 Kasimo dibaptis dengan nama baptis Ignatius Joseph pada usia 13 tahun.
Integritas IJ Kasimo semakin terbentuk saat bertemu dengan Frans van Lith S. J. atau Pastor van Lith. Pastor van Lith adalah seorang imam Jesuit dari Belanda yang meletakkan dasar Katolik di Jawa. Ia disukai rakyat karena membela kalangan pribumi dibandingkan dengan pemerintahan kolonial. Pastor van Lith juga sering menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan humanisme kepada IJ Kasimo.
Selain itu, ia juga memberikan pemahaman tentang kebudayaan Jawa, seperti bahasa Jawi Kuno dan aneka kebudayaan lainnya. Pastor van Lith mengajari IJ Kasimo untuk bekerja keras, hidup sederhana, dan punya rasa kemunisaan. Kemudian jujur, dan berani membela hak dan kepentingan rakyat tertindas.
Sifat-sifat perikemanusiaan, kerakyatan, kesederhanaan, kejujuran, dan keberanian serta toleransi yang dimiliki oleh IJ Kasimo sedikit banyak adalah cerminan dari ajaran Pastor van Lith. Tidak seperti kebanyakan orang Eropa yang memiliki misi sekadar untuk membatis orang-orang Jawa. Pastor van Lith memiliki tujuan lebih untuk memberikan pendidikan yang tinggi kepada pemuda-pemuda Jawa, hingga mereka dapat memperoleh kedudukan yang lebih baik di dalam masyarakat.
Perhatian dan kasih sayang Pastor van Lith kepada kaum pribumi, membuatnya mendapat julukan sebagai “Bapak orng Jawa” dan “Perintis misi Jawa”. Ia juga sangat dihormati dan dicintai oleh masyarakat dan murid-muridnya, termasuk IJ Kasimo. Pengaruh ajaran-ajaran Pastor van Lith juga cukup besar kepada IJ Kasimo. Kasimo sangat terkesan dengan pribadi Pastor van Lith yang sangat menyelami jiwa Jawa, padahal dia adalah seorang Belanda.
Berkat ajaran Pastor van Lith, bibit-bibit nasionalisme yang dimiliki IJ Kasimo juga semakin tumbuh.
Ia mengajarkan kepada IJ Kasimo untuk bekerja keras, hidup sederhana, mempunyai rasa kemanusiaan, serta bersikap jujur dan berani membela hak dan kepentingan rakyat yang tertindas. Lebih jauh, IJ Kasimo juga diajari tentang toleransi terhadap golongan lain yang bukan Katolik. Itu sebabnya, ia pernah menjadi guru pertanian sekaligus mengajarkan agama di Tegal dan Surakarta
Kasimo Hendrowahyono adalah salah satu pendiri partai politik Katholiek Djawi yang lalu berubah nama menjadi Perkoempoelan Politiek Katholiek di Djawa dan lalu menjadi Partai Politik Katolik Indonesia (PPKI) yang kelak pada tahun 1949 Kasimo akan menjadi ketua umumnya.
Sebagai anggota PPKI, Kasimo diangkat menjadi anggota Volksraad 1931 s.d. 1942. Ikut menandatangani Petisi Soetardja yang menuntut kemerdekaan.
Pada periode tahun 1947-1949 ia duduk sebagai Menteri Muda Kemakmuran dalam Kabinet Amir Sjarifuddin, Menteri Persediaan Makanan Rakyat dalam Kabinet Hatta I dan Hatta II. Dalam kabinet peralihan atau Kabinet Soesanto Tirtoprodjo ia juga menjabat sebagai menteri. Kasimo pun pernah menjadi anggota Delegasi Perundingan Republik Indonesia.
Sebagai menteri, IJ Kasimo berperan aktif dalam berbagai kegiatan kenegaraan: mengikuti konferensi dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, memperjuangkan Pancasila sebagai dasar negara saat menjadi anggota dewan, sampai keikutsertaannya dalam perjuangan perebutan Irian Barat. Pada masa orde baru, ia diangkat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia. Beliau dikenal sebagai pribadi yang tegas dan berpegang teguh pada prinsip serta menjunjung tinggi kebenaran.
Pada masa Agresi Militer II (Politionele Actie) ia bersama menteri lain yang tidak ditahan Belanda, Kasimo ikut bergerilya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Saat bisa kembali ke Yogyakarta, Kasimo memprakarsai kerja sama seluruh partai Katolik Indonesia untuk bersatu menjadi Partai Katolik.
Pada masa Republik Indonesia Serikat (RIS), Kasimo duduk sebagai wakil Republik Indonesia. Setelah RIS dilebur, Kasimo menjadi anggota DPR. Dalam Kabinet Burhanuddin Harahap, Kasimo menjadi Menteri Perdagangan. Bahkan, Kasimo ikut berjuang merebut Irian Barat.
Kasimo menolak gagasan Nasakom yang ditawarkan Bung Karno. Kasimo pun juga menolak Kabinet yang diprakarsai Soekarno yang terdiri dari empat partai pemenang pemilu 1955. Saat itu, Masyumi dan Partai Katolik Indonesia yang menolak bekerja sama dengan PKI di kabinet.
Ide tebu rakyat adalah ide Kasimo, setelah melihat rakyat petani yang sewakan tanahnya menderita. Istilah Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) kemudian muncul, dan Kasimo adalah orang yang pertama kali menggagas perubahan sistem sewa tanah ke sistem tebu rakyat. Tak hanya di masa Orde Lama, di masa Orde Baru dan usianya makin sepuh pun, Kasimo terus berjuang membuat petani tak merugi. Juga, gagasan ekonomi rakyat, IJ Kasimolah pencetusnya.
Maka, apa yang dicita-citakan Kasimo hingga hingga beliau wafat, 1 Agustus 1986, masih belum juga terwujud. Kasimo berhasil mengubah sistem era kolonial yang merugikan petani, namun masih banyak petani tebu yang tidak merasakan untung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar