Salus populi suprema lex esto ("Latin: kesejahteraan, kebaikan, keselamatan, kebahagiaan) rakyat harus menjadi hukum tertinggi", "Biarlah kebaikan (atau keselamatan) rakyat menjadi hukum tertinggi (atau tertinggi)" , atau "Kesejahteraan rakyat adalah hukum tertinggi") adalah pepatah atau prinsip yang didedikasikan oleh Cicero.
Para pemikir seperti Aristoteles, Hugo Grotius , dan Thomas menerima suatu hukum yang berbeda dari hukum positif yakni hukum alam atau hukum kodrat. Hukum kodrat tidak tertulis. Hukum kodrat diterima tetapi hukum. Hal ini disebabkan menyatakan apa yang termasuk alam manusia sendiri yaitu kodratnya yang tidak pernah berubah dan berlaku untuk segala zaman.
Hukum kodrat lebih kuat dari hukum positif. Hukum kodrat menyangkut makna kehidupan manusia . Hukum kodrat mendahului hukum yang dirumuskan dalam undang-undang. Hukum kodrat mendasari semua hukum yang diundangkan. Hukum kodrat adalah aturan yang berpijak pada aturan alamiah yang terwujud dalam kodrat manusia.
Thomas Aquinas, berkeyakinan hukum kodrat merupakan hukum yang
lahir dari kegiatan akal-budi manusia sendiri yang dituntun oleh Tuhan. Hal
tersebut oleh Thomas Aquinas dipandang sebagai aturan alam yang bersumber pada
Tuhan dan mewujudkan diri dalam substansi yang disebut manusia.
Segala kejadian diperintah dan dikemudikan oleh suatu undang-undang abadi (lex
eterna). Undang-undang Abadi menjadi
dasar kekuasaan bagi semua peraturan-peraturan lainnya. Lex eterna adalah
kehendak dan pikiran Tuhan yang menciptakan dunia.
Manusia diberikan kemampuan oleh Tuhan untuk dapat membedakan mana yang baik dan buruk. Manusia diberikan kemampuan oleh Tuhan untuk dapat untuk mengenal asas-asas seperti berbuat baik dan jauhilah kejahatan, bertindaklah menurut pikiran yang sehat, cintailah sesamamu seperti engkau mencintai diri sendiri, cintailah Tuhan dan cintailah sesamamu. Asas-asas tersebut mempunyai kekuatan mutlak, tidak mengenal pengecualian, berlaku dimana-mana dan tidak berubah sepanjang zaman.
Refleksi tersebut membantu kita memahami
Matius 22:34-40: Jawab
Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama
dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (Matius 37-39)
Mengasihi Tuhan mencakup seluruh kodrat
insaniah manusia: hati, jiwa, perasaan, maupun akal-budi. Dalam sikap-perilaku
hormat, peduli, taat, rindu, setia dan keterikatan kepada Tuhan. Yang lahir
dari kesadaran dan penghayatan karena Tuhan “merajai hidup dan kehidupan
manusia”.
Merujuk De Civitatae Dei, karya Santo Agustinus, sebagai Kota Manusia dan Kota Tuhan. Gereja Kristiani berada di pusat Kota Tuhan. Kasih kepada Allah mesti menjadi dasar dan motif utama (“yang terutama dan yang pertama”) dalam mengasihi sesama dan dalam melakukan segala sesuatu. Sehingga tidak memberi ruang bagi dasar dan motif lain, seperti yang terjadi dengan ahli Taurat dengan gaya hidupnya yang senang mencobai orang lain.
Hidup mengasihi Tuhan dalam segala aspek (sebagai wujud kuasa dan kasih Allah berlaku dalam hidup ini), mesti menjadi dasar dan motif utama dalam keseluruhan hidup orang percaya. Dalam relasi kasih dengan sesama, dalam berkarya dan dalam apapun yang kita lakukan di kehidupan ini. Karena hanya di dalam Allah, Sang Bapa ada pengharapan.
Perbuatan baik, solider, derma bersumber dari iman kita. Rasul Yakobus menjelaskan bagaimana perbuatan itu merupakan bukti yang mendasar dari kesungguhan iman seseorang. Ia menulis, “Tetapi mungkin ada orang berkata: ‘Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan,’ aku akan menjawab dia: ‘Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku’” Iman yang sungguh-sungguh kepada Allah selalu disertai dengan perbuatan yang mengasihi dan memperhatikan orang lain. (Yakobus 2:18)
Sahabat, marilah kita wujudkan iman kita pada Tuhan dengan peduli, empati, menghasihi sesama dalam perilaku kongkret. Yakinlah, “ Yang Tuhan selamatkan, bukan yang selalu menyebut TUHAN, TUHAN...tetapi mereka yang mengasihi sesamanya”

Tidak ada komentar:
Posting Komentar