Sahabat, setiap orang diperkaya dengan pengalaman-pengalaman. Hidup dibangun dengan pengaaman-pengalaman.
Pengalaman luar biasa tak terhapus sepanjang hidup. Pengalaman luar biasa menjadikan kita lebih berhati-hati dalam menapaki alur kehidupan. Pengalaman luar biasa menjadi ‘guru bijak’ sehingga kita semakin cerdas untuk menyelami rahasia daya ilahi. Pasti pengalaman tidak semuanya menyenangkan-membahagian..
Peristiwa ini terjadi
tanggal 6-6-1986. Saat itu, saya akan menambal asbes, atap rumah yang bocor.
Ketika itu, saya tinggal di perumnas yang atap rumahnya semua asbes. Setelah
meminjam tangga, saya pun, dengan penuh percaya diri naik dengan menjinjig
waterproof dan kuas. Kebetulah asbes yang retak, sehingga menimbulkan kebocoran
bila hujan, tepat di bawah kabel listrik,yang membentang dari tiang listrik ke
rumah saya.
Beberapa langkah berjalan, kaki saya menginjak asbes yang berlandas kayu. Saya
pun terjengkang. Kedua tangan memegang kabel “telanjang dengan tegangan
tinggi”. Kekuatan luar biasa membuat saya tak berdaya. Serentak saya berteriak,
“Tuhan tolong saya!”
Saya terbanting dan tertelungkup. Saya mendengar ledakan keras. Tetangga berhamburan. Saya masih lemas, tak berdaya. Tertelungkup di atas atap rumah. Saya pun berusaha bangun. Listrik rumah satu deret padam. Suara ibu-ibu beraneka.
Dan, saya pun turun. Meminta maaf, pada ibu-ibu. Mereka iba, haru, bersyukur: saya masih hidup. Saya mohon izin, pergi ke Jalan Yos Sudarso: membuat laporan serta memohon diperbaiki pagi itu juga.
Sahabat, setiap orang diperkaya dengan pengalaman-pengalaman. Hidup dibangun dengan pengaaman-pengalaman. Pengalaman luar biasa tak terhapus sepanjang hidup. Pengalaman luar biasa menjadikan kita lebih berhati-hati dalam menapaki alur kehidupan. Pengalaman luar biasa menjadi ‘guru bijak’ sehingga kita semakin cerdas untuk menyelami rahasia daya ilahi. Pasti pengalaman tidak semuanya menyenangkan-membahagian.
Pasti, pengalaman tidak semuanya indah mempesona. Pengalaman tragis, menyedihkan, menyengsarakan pun memperkaya batin-rohani hingga kita memiliki daya hidup-daya tahan-daya bantin. Baik pengalaman menggembirakan maupun menyengsarakan semuanya mengkristal memperkokoh jati diri kita.
Itulah sebabnya, “Jangan marah karena orang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang sebab mereka segera lisut seperti lumut dan layu seperti tumbuh-tumbuhan..”
Sahabat, hidup tidak menjadi indah dengan iri dan amarah. Hidup tidak menenteramkan bila kita menghidupkan rasa iri dan amarah. Iri dan amarah menjadikan kita jauh dari rahmat dan karunia Tuhan.
Iri dan amarah menjadikan kita menyia-nyiakan hidup sendiri. Bersyukurlah bila kita difitnah-dilecehkan-dinistakan. Bersyukurlah setiap kali diremehkan dan tidak dimanusiakan. Bergembiralah dan jangan mengeluh bila dilecehkan-dicibirkan.
“Percayalah
pada Tuhan dan lakukanlah yang baik, bergembiralah karena Tuhan. Maka, Tuhan
akan member apa yang kamu inginkan. Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan
percayalah kepada-Nya dan Tuhan akan bertindak. Tuhan akan memunculkan
kebenaran seperti terang dan mengembalikan hakmu seperti siang”
(Mazmur 37: 3-5).
Dengan tetap berbuat baik, selalu bergembira, dan mempercayakan pembalasan ada
pada Tuhan, hinaan-cercaan-fitnah akan berbuah berkat melimpah.
Berkat-karunia-anugerah dari orang yang mencerca-menfitnah-menistakan akan
ditambahkan pada kita.
Sahabat, bukanlah hal mudah dilakukan mendasarkan hidup dan kehidupan ini pada daya ilahi. Dibutuhkan daya hidup dan daya iman yang luar biasa, terlebih pada era “kebohongan menjadi panglima”. Keteguhan dan ketakwaanlah yang menjadikan kita tegak-tegar sebab Tuhan sendirilah yang memampukan.
Inilah iman. Dan, inilah hidup yang Tuhan kehendaki...

Tidak ada komentar:
Posting Komentar