Selasa, 16 Maret 2021

REFLEKSI : 72 MENJADI SAKSI

 

Kebenaran itu seperti mata pisau yang tajam sehingga bisa menikam siapa saja. Kebenaran memang sering kali terasa menyakitkan.

Menjadi saksi kebenaran membutuhkan keberanian iman karena kebenaran tidak bisa dilawan dengan kekuatan manusia semata. Bersaksi dengan kekuatan Roh Kudus akan membuat orang menghadapi apa pun tantangan dan ancaman yang ada., “Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia,” demi mewartakan kebenaran.

Mewartakan kebenaran berarti bersiap-siap mendapat perlawanan.  Tidak jarang, hinaan dan cemoohan adalah hadiahnya. Kebenaran menjadi bahan candaan bagi orang yang mempertahankan reputasi dan nama baik di mata sesama, atau mereka yang bersembunyi dari kejahatan

Bersaksi bukanlah pekerjaan yang mudah. Konsekuensi  menjadi saksi KEBENARAN. ditolak, disingkirkan, diperlakukan buruk, kehilangan kehormatan.  Namun,  yakinlah, Tuhan memperlengkapi orang percaya dengan KUASA untuk bersaksi.

Burung Pipit adalah burung yang kecil, lemah, tidak bernilai, namun dipelihara Tuhan. Hal-hal sepele yang tak dipikirkan akal manusia dipikirkan Tuhan. Berapa helai rambut dikepalamu? Tuhan pun mengetahui jumlahnya. Kata-kata Yesus ini sungguh menjadi penghiburan sekaligus teguran bagi orang-orang percaya yang tidak menyadari pemeliharaan dan perlindungan Tuhan.

 


Kebenaran selalu berlawanan dengan kemunafikan. Seperti ragi, kemunafikan adalah daya yang diam-diam tetapi pasti akan mengkhamiri seluruh adonan pada saatnya.  Namun, percayalah Tuhan Yesus secara khusus mengajar murid-murid kebenaran tak mungkin tersembunyi, harus dinyatakan.

BukankahTuhan Yesus menyebut para murid sebagai “sahabat-sahabat-Ku”? Refleksi kita, tentunya,  pernahkah anda memperkokoh dan memperdalam persahabatan dengan-Nya?  .

Menjadi sahabat Yesus berarti mewartakan kebenaran di tengah nuansa hidup yang diracuni  kemunafikan, sebagaimana saat ini, berseliweran ular beludak yang haus darah...

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REFLEKSI : 104 PAHLAWAN NASIONAL ROBERT WOLTER MONGISIDI

Robert dilahirkan di Malalayang< Manado,   anak ke-4 dari Petrus Mongisidi dan Lina Suawa,   14 Februari 1925. Panggilan akrab Robert...