(Menjadi orang baik adalah pilihan dan sikap. Pertanggungjawaban tidak hanya horisontal, yaitu pada sesama tetapi yang lebih utama secara vertikal, yaitu kepada Tuhan.)
Menjadi orang baik, hidup dengan baik, selalu bersikap baik, mendasari pergumulan dan pergulatan hidup dengan kebaikan: membutuhkan daya hidup dan daya mati. Daya hidup dibutuhkan karena harus tetap lurus hati.
Tidak setengah-setengah dan tulus-ikhlas. Selalu konsisten dan tidak mudah surut langkah. Daya mati dibutuhkan karena harus siap untuk dicemooh, dicaci, difitnah, dilupakan, dikucilkan, dan dimusuhi.
Tidak jarang, maksud baik berubah menjadi malapetaka. Maksud baik disikapi dengan buruk sangka, dan diapresiasi dengan penuh curiga. Tidak jarang kita menjadi terasing dan diasingkan. Selalu dan terus terjadi kita tersingkir dalam pergaulan. Selalu dan terus terjadi sikap tidak bersahabat yang kita temukan dan hadapi.
Dalam situasi seperti ini, orang-orang baik, orang yang hidup dengan baik, orang yang selalu bersikap baik ‘hilang’ dan ‘tenggelam’ dalam arus peradaban.
Kehadirannya seperti ‘menggarami lautan’. Seolah ada kenisbian dan kesia-siaan. Bila daya hidup dan daya mati tidak kuat melekat dalam pergumulan dan pergulatan hidup, mereka pun akan ‘’terjun dalam arus”.
Keberanian melawan dan menentang arus memang sangat berisiko. Tidak mengherankan orang kehilangan jabatan-kedudukan-kekuasaan. Pada saat khalayak menyuarakan “ya”, perkataan “tidak’ yang kita sampaikan dipahami sebagai ‘melawan, menentang, atau menantang’.
Demikian halnya bila ‘khalayak’ bersuara lantang ‘tidak’, sedangkan kita mengucap “ya”, sebuah “cap” akan melekat dalam hidup dan kehidupan kita: mendramatisasi...
Menjadi orang baik adalah pilihan dan sikap. Pertanggungjawaban tidak hanya horisontal, yaitu pada sesama tetapi yang lebih utama secara vertikal, yaitu kepada Tuhan.
Pilihan dan sikap yang harus dipertanggungjawabkan pada Tuhan menunjuk konsistensi untuk menghadirkan sifat-sifat baik: dalam perkataan dan perbuatan.
Di dalamnya terhadirkan kebenaran, kejujuran, keutamaan, pengorbanan, solidaritas, bahkan pencerahan. Menghadirkan sifat-sifat baik, dalam perkataan-perbuatan, menjadikan seseorang hidup dengan baik sebab seluruh pergulatan dan pergumulan hidup didasarkan pada kebaikan.
Artinya, di mana pun-kapan pun-kepada siapa pun-dalam kondisi apa pun, selalu menghadirkan kebaikan.
Tak gentar akan kesulitan, tak surut langkah dalam cercaan, tak berputus asa dalam penolakan, tak merasa sendirian meski terkucilkan, tak merasa kalah meski dimusuhi.
Kebaikan adalah pergumulan dan pergulatan hidup yang sudah dijalani, sedang dilakukan, dan akan dilaksanakan.
Pasti, di dalam pilihan-putusan-sikap menjadi orang baik dan hidup dengan baik kuasa ilahi menjadi dasar pergulatan dan pergumulan hidup. Tidak gentar-takut menghadapi kesulitan hidup, tantangan hidup tapi terus dan selalu bersikap dan berbuat baik.
Mazmur Daud yang berbunyi: “Siapakah orang yang menyukai hidup, yang mengingini umur panjang untuk menikmati yang baik? Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya. Mata Tuhan tertuju pada orang-orang benar.” (Mazmur: 34: 13-16) melandasi hidup dan kehidupan.
Inilah iman, pergumulan dan pergulatan hidup yang Tuhan rindukan pada setiap orang. Tuhan memberkati. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar