(Kesunyian adalah ketenangan. Kesunyian adalah keheningan. Bagi orang beriman ketenangan dan keheningan merupakan kerinduan. Bukan sekadar kewajiban dan kebutuhan. Ketenangan dan keheningan adalah sebuah pemenuhan kerinduan hakiki orang percaya.)
Suatu realitas banyak orang takut akan kesunyian. Banyak orang merasa was-was ada dan berada di rumah sendirian. Banyak orang cemas bila harus sendirian di rumah sementara anggota keluarga pergi ke luar kota untuk suatu keperluan. Mengapa banyak orang takut akan kesunyian?
Pertama, berada sendirian. Berada sendirian menjadikan orang gelisah dan was-was. Mudah jenuh, tidak tenang. Tidak ada teman berbincang. Tidak ada orang yang diajak berkomunikasi. Merasa terancam. Ada sebuah kekosongan.
Kedua, takut bayangannya sendiri. Berada dalam kesunyian orang berimajinasi. Orang berandai-andai. Orang berkhayal. Orang menciptakan hal-hal yang mengerikan, menakutkan, dan mengancam. Bayangan sendiri akan dimanifestasikan pada hal-hal yang irasional.
Ketiga, tidak mengenali diri sendiri. Dalam kesunyian orang takut mengenali diri sendiri. Orang takut kesunyian karena takut berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Takut mengenali kelemahan-kekurangan. Seolah ada ketergantungan yang begitu kuat pada pribadi-pribadi yang selalu berada di dekatnya.
Merefleksikan ketiga sebab ketakutan akan kesunyian itulah kita mampu mengurai fenomena-fenomena yang begitu kuat membelenggu hidup dan kehidupan kita. Mengapa?
Hanya orang-orang yang takut kesunyianlah yang selalu menyengsarakan hidup dan kehidupan sesamanya. Hanya orang yang takut akan kesunyianlah yang melihat orang lain dan sesama sebagai ancaman. Sebagai musuh yang harus dimusnakan.
Kesunyian adalah ketenangan. Kesunyian adalah keheningan. Bagi orang beriman ketenangan dan keheningan merupakan kerinduan. Bukan sekadar kewajiban dan kebutuhan. Ketenangan dan keheningan adalah sebuah pemenuhan kerinduan hakiki orang percaya.
Dalam ketenangan dan keheningan orang beriman mampu menata hidup. Mampu merenovasi pergumulan dan pergulatan hidup. Mampu mempertajam paradigm hidup.
Dalam ketenangan dan keheningan orang beriman berkemampuan melihat hal-hal yang membanggakan dan memprihatinkan. Hal yang membanggakan menjadi pijakan bersyukur serta meningkatkan kualitas hidup.
Sedangkan hal yang memprihatinkan diubah-ditinggalkan-diperbaharui hingga hidup lebih bermakna.
Ketenangan-keheningan menjadikan orang semakin tunduk pada Sang Pencipta. Orang semakin dekat dengan Sang Sumber Kehidupan. Orang memiliki intimitas jiwa dengan Sang Tujuan Hidup.
Di dalamnya ada ketergantungan pada Tuhan. Ada penyerhan diri secara total. Ada sikap tobat. Ada Intimitas jiwa manusia pada Sang Tujuan Hidup menjadikan manusia menyadari hanya setetas air atau sebutir pasir bila berhadapan dengan Tuhan.
Intimitas jiwa manusia pada Sang Tujuan Hidup mendasari seluruh pergumulan-pergulatan hidup. Bijaksana dalam menziarahi hidup. Mencintai sluruh ciptaan: mencintai alam semesta beserta isinya. Cinta pada sesame seperti cinta pada Tuhan. Intimitas jiwa manusia pada Sang Tujuan Hidup menghadirkan ‘ketakutan berdosa’.
Intimitas jiwa manusia pada Sang Tujuan Hidup menjadikan setiap orang beriman untuk menjadi kabar baik, menjadi kegembiraan, menjadi kebahagiaan, menjadi kedamaian, menjadi kesejahteraan.
Sahabat, apalah artinya kita menyebut orang beriman bila Intimitas jiwa manusia pada Sang Tujuan Hidup tidak kita miliki? Apalah artinya kita menyebut orang yang paham akan ajaran-perintah Tuhan bila Intimitas jiwa manusia pada Sang Tujuan Hidup tidak terwujud dalam perkataan-perilaku-perbuatan kita.
“Hanya dekat dengan Tuhan saja aku tenang daripada-Nyalah keselamatan. Hanya Tuhanlah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. Hanya pada Tuhanlah aku tenang sebab daripada-Nyalah harapanku.(Mazmur 62:2-3)
Sangat tepat, mazmur Daud: hanya dekat dengan Tuhan hidup kita menjadi tenang. Hanya dekat dengan Tuhan kita berpengharapan. Hanya dekat dengan Tuhan kita dibimbing-dijaga-dilindungi. Hanya dekat dengan Tuhan tidak ada kegelisahan-kebimbingan. Tegasnya, hanya dekat dengan Tuhan kita dimampukan menjadi berkat bagi sesama.
Marilah kita masuk dalam keheningan-ketenangan; sebelum menutup mata untuk beristirahat atau sesudah membuka untuk beraktivitas.
Kita ‘bersunyi-ria bersama Sang Tujuan Hidup’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar