Minggu, 28 Februari 2021

REFLEKSI: (5) IRI HATI

REFLEKSI: (5)

IRI HATI

 

Bertrand Russel (18 Mei 1872-2 Februari 1970) seorang filsuf dan peraih hadiah Nobel Sastra (1950), mengatakan bahwa iri hati merupakan salah satu penyebab ketidakbahagiaan.

 

Iri hati tidak hanya menyebabkan ketidakbahagiaan bagi dirinya sendiri, tetapi juga mengharapkan kemalangan orang lain. Bagi Russel iri hati adalah sesuatu yang jahat, meski kejahatan ini harus diterima demi tercapainya suatu sistem sosial yang lebih berkeadilan.

 

Dalam hidup bermasyarakat, iri hati telah beranak-pinak. iri hati menjadi virus yang menakutkan, menyeramkan, bahkan mampu melumpuhkan pergumulan hidup dalam semua segmen.

 

Karut-marutnya dalam bidang hukum, keadilan, kemanusiaan, ekonomi, politik berdasarkan iri hati. Iri hati mendorong orang untuk membunuh karakter teman, menfitnah, atau memusuhi, dengan menciptakan stigma, label, atau cap negatif. Iri hati telah membunuh jiwa murni, hati bersih, tangan bersih. Iri hati begitu 'mempesona'

 

Kita pun sering jengah, gamang, dan suntuk berhadapan dengan realitas yang 'terkuasai iri hati'. Susah menemukan wajah-wajah ceria, gembira, atau tulus. Susah menemukan senyum manis bersahabat, berkat, maupun pencerhan. Susah, menemukan kesejatian, kemurnian, cinta tanpa pamrih.

 

\

Kita, akhirnya, menyadari bahwa iri hati adalah suatu kebencian yang disebabkan orang lain memiliki sesuatu yang tidak dimilikinya, dan ia menginginkannya bagi dirinya sendiri.

 

Kita lupa bahwa iri hati ternyata membuat kita merasakan sakit secara fisik. Tahun 2009, studi dilakukan dengan meneliti bagaimana keadaan otak seseorang yang sedang iri. Dilansir dari New York Times, semakin kuat rasa iri, semakin kuat pula nyeri yang dirasa pada bagian korteks. Dalam kata lain, otak kita mengasosiasikan iri sebagai sakit fisik, sama besarnya dengan sakit yang dirasakan saat patah hati atau mengalami penolakan.

 

Marilah, kita memulai hidup baru dengan mengenakan tameng kesederhanaan, ketulusan, tangan bersih, hati bersih, dan jiwa murni.

 

Hanya dengan menjalani hidup dengan penuh 'syukur dan jujur ' kita akan:

 

• bermegah dalam kelemahan

• kaya dalam kekurangan

• kuat dalam keterhimpitan.

 

Salam sejahtera...


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REFLEKSI : 104 PAHLAWAN NASIONAL ROBERT WOLTER MONGISIDI

Robert dilahirkan di Malalayang< Manado,   anak ke-4 dari Petrus Mongisidi dan Lina Suawa,   14 Februari 1925. Panggilan akrab Robert...