Buatlah jiwa hamba-Mu bersukacita sebab kepada-Mulah, ya Tuhan, kuangkat jiwaku, dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada-Mu.” (Mazmur 86: 5)
Dalam kehidupan sehari-hari, kita “Segan berkayuh, Perahu Hanyut”. Kita segan berusaha-bekerja keras, hingga kesengsaraan-penderitaan lekat dalam hidup dan kehidupan kita. Kita lebih senang bermalasan, asal-asalan, setengah-setengah dalam melakukan pekerjaan hingga jauh dari keberhasilan dan kesuksesan.
Kita lebih senang ‘membuang-buang waktu’ untuk hal-hal yang ‘remeh-temeh’ daripada bekerja keras. Dalam konteks hidup yang terpola “Segan berkayuh, Perahu Hanyut” kreativitas dan inisiatif pun tidak kita miliki.
Kita takut memulai hal-hal baru. Kita takut menghadapi resiko. Kita takut capai-lelah. Tidak menjadi kreatif dan berinisiatif menciptakan peluang. Tidak cerdas merebut kesempatan.
“Segan berkayuh, Perahu Hanyut” menjadikan kita ‘kalah sebelum bertanding’. Tidak mengherankan bila kita hanya menunggu datangnya keberuntungan dan kesempatan.
Tidak aneh bila kita terkuasai ‘mental menerima’ daripada ‘mental berbagi’. Kita bergantung dan terus bergantung pada kebaikan orang lain. Kita bergantung dan terus bergantung meski harus kehilangan harga diri-bertambah usia. Perjuangan dalam pergulatan dan pergumulan hidup jauh dari hidup dan kehidupan kita.
Sahabat, kita harus berubah. Harus bertumbuh. Harus berkembang. Kita harus mengubah prinsip hidup-daya hidup “Segan berkayuh, Perahu Hanyut” menjadi ‘Teguh berkayuh, Perahu Berlabuh’
Artinya, berani berisiko, berani capai dan lelah, berani menembus ombak, berani menantang badai dan topan. ‘Teguh berkayuh, Perahu Berlabuh’ menunjuk pada orang yang teguh hati dan teguh setianya.
Bersemangat ‘rawe-rawe rantas, malang-malang tuntas’: tak kan surut langkah sebelum meraih yang diinginkan. ‘Teguh berkayuh, Perahu Berlabuh’ menunjukkan integritas pribadi. Tanggung jawab akan hidup dan masa depannya.
Orang yang tidak berpangku tangan dan bermalas-malasan. Orang yang berkemampuan menciptakan peluang. Orang yang cerdas merebut kesempatan. Orang yang cerdas memaknai hidup dan masa depannya.
Sahabat, ‘Teguh berkayuh, Perahu Berlabuh’ menjadi kekinian dan kemestian bagi hidup kita. Menjadi suatu kekinian dan kemestian dalam menziarahi hidup.
Menjadi suatu kekinian dalam mensyukuri hidup. Menjadi suatu kekinian dan kemestian karena didalamnya ada keteguhan iman. Ada ‘intimitas jiwa dengan Tuhan Yang Mahabesar’. Wujud kedalaman keberimanan. Wujuda kuatnya keberagamaan.
‘Teguh berkayuh, Perahu Berlabuh’ adalah wujud penyerahan diri dan kepercayaan atas penyelenggaraan ilahi. Atas penyertaaan Tuhan. Atas campur tangan Tuhan dalam setiap tindakan-perbuatan-pekerjaan.
‘Teguh berkayuh, Perahu Berlabuh’ adalah penyerahan total orang yang beriman sebagaimana Daud bermadah dalam mazmurnya, “ Peliharalah jiwaku, sebab aku orang yang Kaukasihi.
Selamatkanlah hamba-Mu yang percaya kepada-Mu. Engkau adalah Allahku. Kasihanilah aku, ya Tuhan, sebab kepada-Mulah aku berseru sepanjang hari. Buatlah jiwa hamba-Mu bersukacita sebab kepada-Mulah, ya Tuhan, kuangkat jiwaku, dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada-Mu.”
Semoga kita dimampukan…Tuhan memberkati..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar