Sahabat, pernahkah memperhatikan, membandingkan, atau mempertentangkan balon dan tunas.
Pertama, balon dapat kita perbesar. Dengan meniup atau memompa sekejab balon akan membesar. Ukuran, tentu saja bergantung dari kebutuhan.
Isi pun beragam: udara, gas. Harga juga tidak sama, ada yang mahal ada yang sedang, bahkan murah.
Kedua, tunas tidak mungkin kita percepat pertumbuhannya. Secara alami tunas akan bertumbuh-berkembang. Dimulai dengan dua daun-akar tunas muda terus bertumbuh.
Tunas akan tumbuh tegar-tegak-kokoh-kuat karna tempaan panas-hujan-angin. Pelan, tapi pasti, tunas secara alami hadir sebagai pohon yang siap menghasilkan buah melimpah.
Merenungkan-merefleksikan integritas (berasal dari bahasa Latin: integer, artinya utuh tak terbagi) membandingkan balon-tunas member pencerahan.
Orang yang berintegritas hadir sebagai pribadi yang kokoh-kuat-utuh. Daya-daya yang dimiliki secara kodrat bertumbuh-berkembang-berbuah: daya hidup, daya juang, daya tahan, daya banting, daya kritis, daya kreatif, bahkan daya roh. Orang yang berintegritas adalah orang yang berkepribadian. Selalu berkomitmen.
Tahu dan mau mengembangkan segala potensi yang dianugerahkan Tuhan kepadanya. Orang berintegritas seperti tunas yang tumbuh secara alami.
Sebagaimana tunas yang memperkokoh batang-cabang-ranting, sebagaimana tunas yang selalu bertumbuh-berkembang, sebagaimana tunas yang tak pernah surut langkah, demikianlah orang yang memiliki integritas pribadi.
Sebaliknya, orang yang tidak memiliki integritas-kepribadian-kedewasaan laksana balon yang akan “membesar” sesuai kebutuhan-isi-kegunaan. Sebagaimana balon yang “mudah pecah” orang tak berintegritas mudah disituasikan-ditentukan oleh lingkungan dan orang-orang sekitar.
Orang yang tidak memiliki integritas, sebagaimana balon, tidak pernah menjadi dirinya sendiri. Mereka hanya mengejar kepuasan lahiriah. Selalu percaya akan “keampuhan membangun citra diri”. Selalu dan terus-menerus hanya memfokuskan hidup pada hal-hal lahiriah: penampilan-kekayaan-kedudukan-kekuasaan.
“Saudara-saudara, bersabarlah, sampai kedatangan Tuhan. Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi.
Kamu, juga harus bersabar, dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat Turutilah teladan penderitaan dan penderitaan para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan. Sesungguhnya, orang yang berbahagia adalah adalah mereka yang bertekun-berpengharapan-bertaqwa” Santo Yakobus telah mengingatkan kita untuk belajar pada petani: sabar-setia-tekun-penuh kasih akan segala hal yang ditanam.
Seorang petani akan merawat-memupuk-membasmi hama yang akan meluluhlantakan “tunas-tunas” yang ditanam. Seperti petani yang sedemikian sabar menunggu datangnya musim panen, kita pun harus berani jatuh-bangun, berubah-bertumbuh-berkembang-berbuah.
Sahabat, tidak ada hal yang menggembiran dan membahagiakan dalam hidup seorang petani kecuali panenan melimpah. Tunas-tunas yang ditanam member hasil melimpah. Demikianlah dalam hidup kita.
Kebahagiaan-kedamaian-kegembiraan sejati hanya kita miliki bila kita selalu bergantung pada “campur tangan Tuhan” dalam seluruh aspek kehidupan kita. Janganlah kita disilaukan dengan “kegemerlapan balon warna-warni yang hanya bertahan sesaat.”
Marilah, kita berjuang untuk merawat-memelihara-memupuk-menyingkirkan hama-memangkas ranting-ranting kering dalam hidup dan kehidupan kita.
Inilah komitmen. Dan inilah pergumulan dan pergulatan hidup orang yang berintegritas
Tuhan memberkati...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar