Selasa, 02 Maret 2021

REFLEKSI: (18) MELAYANI

Janganlah jemu-jemu berbuat baik, bila telah tiba saatnya, kita akan menuai.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mengalami perlakuan yang tidak benar. Tidak mengenakkan. Entah dengan gosip-gosip jahat. Entah dengan kebohongan. Entah dengan memutarbalikkan fakta. Entah berlaku seperti "Brutus"; menusuk dari belakang. Entah dengan memberi "cap abadi": orang jahat. Entah berusaha menghancurkan reputasi kita.

Menghadapi perlakuan itu, kita pun sering meradang. Kita membela diri. Meluruskan. Bahkan, tergoda untuk balas dendam. Kita tenggelam dalam orang yang berbuat jahat pada kita. Kita pun terseret dalam "gaya hidup" orang yang berbuat jahat.

Maka jagalah jarak dengan mereka, tapi jangan membencinya. Ingatlah orang-orang bermasalah selalu berperilaku aneh-aneh. Itulah kompensasi. Dan ini tidak asing dengan manusia-manusia bertopeng, manusia-manusia seribu wajah.


Kadang Tuhan membiarkan kita dalam hal-hal yang tidak nyaman. Menyakitkan. Membuat jengkel-kecewa-marah. Semua itu untuk menguji kita. Ujian integritas kita. Ujian kepribadian kita. Ujian iman kita. Seolah Tuhan ingin melihat bagaimana kita bersikap-berpendirian-berkeputusan. Kemampuan melihat-mendengar-merasakan di balik kesulitan, perlakuan kesewenangan, bahkan penghancuran reputasi.

Sahabat, dalam situasi yang menyesakkan sekalipun, jangan Kibarkan Bendera Putih; menyerah kalah. Sadarilah, maksud baik belum tentu menjadi baik. Niat baik belum tentu menjadi baik. Maksud baik bisa disalahsangkakan. Maksud baik bahkan sering disalahartikan.

Percayalah, bila maksud baik tetap kita laksanakan, dengan tulus-tekun, kita menyemai benih-benih kasih. Percayalah, bila maksud dan niat baik tetap kita jalani, kita akan berkelimpahan rahmat-karunia-mukjizat. Inilah iman. Dan itulah sikap yang Tuhan kehendaki.

Sahabat, Tuhan tidak akan pernah mengizinkan seseorang untuk terus-menerus memperlakukan kita dengan tidak benar. Yang harus kita lakukan selalu dan di mana pun bersikap dan berbuat baik.

Bila tidak diterima, kibaskanlah debu yang melekat di kaki kita: bukan benci, jagalah jarak. Yakinlah, Tuhan akan mendatangkan keadilan dalam kehidupan kita.

"Janganlah jemu-jemu berbuat baik. Bila telah tiba saatnya, kita akan menuai." Maka, janganlah kita lemah. Tuhan mendatangkan keadilan dalam kehidupan kita tepat waktu. Janganlah kita lemah. Kadang, kita harus mengatakan yang benar dan melakukan yang benar pada saat yang salah merajalela. Kita dipanggil dan dipilih untuk selalu melayani, bukan untuk dilayani.

Kadang kita membutuhkan waktu lama, bisa bertahun-tahun, sebelum lingkungan-komunitas-masyarakat kita mengakui kebenaran perkataan dan perbuatan kita.

Teruslah berjuang untuk melayani, seperti relawan-relawan kita, anak-anak muda pemilih sah Republik ini, yang mengobankan jiwa-raga demi kesejahteraan dan keselamatan sesama.

Tuhan memberkati...

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REFLEKSI : 104 PAHLAWAN NASIONAL ROBERT WOLTER MONGISIDI

Robert dilahirkan di Malalayang< Manado,   anak ke-4 dari Petrus Mongisidi dan Lina Suawa,   14 Februari 1925. Panggilan akrab Robert...