Selasa, 02 Maret 2021

REFLEKSI : (16) BIJAKSANA

Siapa pun yang mencintai kebijaksanaan

mencintai kehidupan

 

Bijaksana dan kebijaksanaan berkait dengan hati nurani. Tajam pikiran, kuat daya intuisi. Berkemampuan melihat yang tidak dilihat orang lain. Berkemampuan mendengar yang tidak didengar orang lain. Maka, mereka disebut arif.

 

Orang yang arif selalu cermat dalam berpikir. Cermat dalam mendengar. Cermat dalam melihat. Teliti dalam bertutur dan bertindak. Orang yang arif adalah orang cerdas bersikap, cerdas bertindak setiap menghadapi pilihan-pilihan sulit. Orang yang arif selalu tidak gegabah dalam mengambil langkah.

 

Menjadi orang yang arif-bijaksana tidak terjadi seketika. Tidak dapat direkayasa, Mengapa? Arif-bijaksana adalah kristalisasi pengalaman jatuh-bangun: suka-duka, bahagia-sengsara, gagal-sukses.

 

Orang sukses dapat memaknai apa arti gagal. Orang selalu memaknai hidup sebagai anugerah. Selalu

menemukan blessing in disguise: rahmat di balik kegagalan-kesengsaraan.

 

Demikian halnya, orang yang bergembira dapat merasakan apa arti berduka. Orang bahagia dapat menikmati apa makna kesengsaraan. Benarlah ungkapan, pengalaman adalah guru yang paling bijaksana.

 

Orang arif-bijaksana adalah orang-orang yang memaknai hidup sebagai anugerah. Pergumulan dan pergulatan hidup didasarkan pada usaha teguh berjalan di jalan Tuhan. Memaknai hidup sebagai anugerah menjadikan cerdas dalam bersyukur. Tegasnya, dalam untung-malang, gagal-sukses, bahagia-sengsara yakin dan percaya Tuhan yang punya rencana.

 

Secara umum, arti bijaksana adalah sikap seseorang yang selalu bertindak berdasarkan akal sehat dan logis sehingga dapat bersikap tepat dalam menghadapi setiap keadaan dan peristiwa.

 

Dengan bersikap bijaksana maka lingkungan menjadi damai dan sejahtera karena tercapainya keseimbangan antara hak dan tanggung jawab. Mengapa? Karena kebijaksanaan erat kaitannya dengan keadailan. Maka, dengan bersikap bijaksana berarti ikut menciptakan keadilan dalam masyarakat.

 

Kita dapat belajar dari pohon jati. Menjelang kemarau, ranting-ranting pohon jati akan merontokkan daunnya. Saat kemarau menerjang, tinggallah pohon-cabang-ranting. Sebaliknya, menjelang musim hujan, ranting-ranting akan menumbuhkan tunasnya. Pohon jati begitu “arif-bijaksana” hingga tidak kering-meranggas.

 

Sahabat, marilah hidup dalam kebijaksanaan, dengan menghidupkan Siapa pun yang mencintai kebijaksanaan dengan mendaras Putra Sirah 4; 12-15

.

Dan, siapa pun yang menyongsong pagi dengan bijaksana,

mereka akan bersuka-cita.

 Siapa pun yang hidup dengan bijaksana,

mereka mewarisi kemuliaan.

Siapa pun yang hidup dalam kebijaksanaan

pasti dihidupi oleh Yang Mahakudus.


Tuhan memberkati..



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REFLEKSI : 104 PAHLAWAN NASIONAL ROBERT WOLTER MONGISIDI

Robert dilahirkan di Malalayang< Manado,   anak ke-4 dari Petrus Mongisidi dan Lina Suawa,   14 Februari 1925. Panggilan akrab Robert...