Selasa, 02 Maret 2021

REFLEKSI: (14) SHADOW

 

Biarlah perbuatan dan perkataan kita menyembuhkan dan menjadi berkat bagi yang membutuhkan.

Ke mana pun manusia pergi bayangan dirinya selalu mengikuti. Bayangan itu biasanya berbentuk seperti dirinya: tapi hitam dan gelap. Bayangan diri terjadi karena ada sinar, bulan, lampu dan matahari.

 

Bayangan diri tidak hanya fisik, karena sinar, tetapi juga psikis. Dalam psikologi bayangan psikis disebut shadow. Shadow menampilkan sisi gelap kepribadian manusia: bisa positif, bisa negatif.


Orang brilian, misalnya, cenderung membawa shadow sifat egois, sulit bekerjasama, sombong, dan angkuh. Manusia pasti memiliki sisi cerah dan gelapnya sendiri.

 

Carl Gustav Jung menyebut sisi cerah manusia ini sebagai persona, sementara untuk sisi gelap adalah shadow.

Mereka yang dikaruniai kharisma oleh Tuhan kerap bersikap semena-mena dan menang sendiri. Setiap manusia mempunyai sisi gelap atau shadow-nya. Shadow sebenarnya bukan hal yang jahat.

Namun, bila kita abaikan, tak diberi tempat dalam pribadi seseorang, shadow akan berkembang menjadi kekuatan destruktif yang akan menghancurkan diri sendiri maupun orang lain.

 

Carl Gustav Jung menyatakan bahwa bayangan itu adalah sisi gelap kepribadian yang tidak diketahui. Menurut Jung, bayangan itu menjadi naluriah dan irasional rentan terhadap proyeksi psikologis.

 

Jung juga memberi kesan bahwa ada lebih dari satu lapisan yang menyusun bayangan. Lapisan atas berisi aliran bermakna dan manifestasi dari pengalaman pribadi langsung. Ini dibuat tidak disadari dalam diri individu oleh hal-hal seperti perubahan perhatian dari satu hal ke hal lain, kelupaan sederhana, atau represi.

 

Di bawah lapisan istimewa ini, bagaimanapun, adalah arketipe yang membentuk isi psikis dari semua pengalaman manusia. Jung menggambarkan lapisan yang lebih dalam ini sebagai "aktivitas psikis yang berlangsung secara independen dari pikiran sadar.

 

Hitler misalnya, diktator-bengis-sadis karena shadow rendah diri, kecil, pendek dan tak berarti. Hitler dihancurkan oleh shadow-nya sendiri.

 

Pada saat kita mengingkari sisi gelap, kekurangan, dan shadow kita, suatu saat mereka akan menerkam dan menghancurkan kita. Hidup bertopeng, hidup dalam kepalsuan, hidup dalam kepura-puraan, hidup dalam kebohongan, hidup dalam kemunafikan, hidup dengan menduakan Tuhan merupakan wujud dari pengingkaran keaslian hidup; pengingkaran shadow.

 

Saudara terkasih, Yesus memuji Natanael yang bergulat dalam kesejatian hidup. Natanael ditokohkan sebagai murid yang tidak menampakkan kepalsuan hidup. Natanael adalah sosok pribadi yang tulus, yang tahu aturan, rendah hati, hidup rohaninya baik, hingga berucap, ”Engkau akan melihat hal-hal yang besar dan luar biasa!”.

 

Saudara terkasih, hanya orang-orang sejati, yang hidup jujur, tulus, tidak neko-neko dalam beriman mampu melihat berbagai karya Allah yang besar dalam hidupnya. Orang yang sanggup hidup jujur-tulus-legowo, akan mendapat limpahan rahmat. Akan menghayati mukjizat setiap saat.

 

Saudara terkasih, untuk tampil hidup sebagai pribadi sejati yang jujur-tulus-legowo tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh pengorbanan, ketekunan, metanoia, dan jiwa besar. Hanya dalam pengorbanan-ketekunan-metanoia-jiwa besar-berani tampil beda kita mampu menghayati kesejatian hidup.

 

Percayalah, rahmat Allah akan melimpah. Mukjizat menjadi nyata dalam setiap tariakan napas kita. Syaratnya, jadilah pribadi yang sejati. Biarlah Ia yang selalu tersenyum di atas kayu salib menjadikan kita sebagai jalan-kebenaran-hidup bagi siapapun yang kita jumpai.

 

Biarlah perbuatan dan perkataan kita menyembuhkan dan menjadi berkat bagi yang membutuhkan.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REFLEKSI : 104 PAHLAWAN NASIONAL ROBERT WOLTER MONGISIDI

Robert dilahirkan di Malalayang< Manado,   anak ke-4 dari Petrus Mongisidi dan Lina Suawa,   14 Februari 1925. Panggilan akrab Robert...