(Dalam realitas hidup, sering dan terus terjadi, ilalang lebih perkasa dari kita. Begitu mudah kita menyerah bila kesulitan menghadang.)
Menghadirkan rumput ilalang dalam refleksi menghadirkan keutamaan hidup yang memperkokoh olah-batin rohani. Ilalang, disebut juga lalang, hanyalah rumput. Digunakan untuk makanan binatang piaraan. Bila dianyam dapat digunakan untuk atap atau dinding rumah. Masuk kategori gulma; tumbuhan pengganggu. Namun, ilalang luar biasa.
Ilalang tak pernah ‘mengibarkan bendera putih’, tak pernah menyerah. Seolah memiliki daya hidup, daya tahan, daya juang yang luar biasa. Diterpa angin dari utara (tidak pernah berkelit) tumbuhlah rumpun ilalang ke arah selatan. Lalu, bangkit lagi.
Diterjang angin dari timur, rebah ke barat. Lalu, bangkit lagi. Demikian seterusnya: jatuh-tersungkur, tapi bangun-bangkit. Ilalang seolah berteriak lantang untuk menjalani hidup dan kehidupan dengan ketegaran, keteguhan, dan ketangguhan.
Ilalang seolah mengumandangkan, “Hai, teman-teman, sesama rumput jangan mudah menyerah-mengeluh-mengumpat. Belajarlah padaku untuk siap jatuh dan siap bangun, untuk siap tersungkur dan siap masyur, untuk siap menderita dan siap berbahagia. Mengapa harus berkelit-menghindar-menyerah pada terpaan angin kencang. Terjanglah terpaan, kita akan dikokohkan!”
Dalam realitas hidup, sering dan terus terjadi, ilalang lebih perkasa dari kita. Begitu mudah kita menyerah bila kesulitan menghadang. Begitu mudah menghindar bila harus mengatakan yang benar-baik-mulia. Begitu mudah ingkar bila dusta-kebohongan-kecurangan-ketidakjujuran terkuak. Begitu mudah beralibi hanya sekadar menipu diri dan menutupi aib yang telah kita lakukan.
Kita refleksikan sebait puisi dari Sang Pemazmur Agung:
Lepaskanlah aku dari tangan-tangan yang mengejarku
Buatlah wajah-Mu bersinar atas hamba-Mu.
Biarlah bibir-bibir dusta menjadi kelu.
Kasihanilah Tuhan,
semua orang yang setia dalam jalan-Mu.
Kuatkan dan teguhkanlah hati semua orang
yang berharap kepada-Mu
Benarkah kita mempercayakan pergumulan-pergulatan hidup, pada tangan Sang Pencipta?
Hidup adalah pilihan, sahabat. Sia-sialah bila salah pilih. Hidup sangat singkat laksana embun pagi.
Marilah, keyakinan dan kepercayaan apa pun yang kita anut, untuk mendesahkan, Engkaulah Allahku. Hidupku ada di tangan-Mu” hingga kita cerdas bersyukur, cerdas mengampuni, cerdas berbagi sebagai saudara sebangsa-setanah air.
Inilah iman dan kerinduan yang Tuhan kehendaki terjadi dalam diri kita!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar