Minggu, 11 Desember 2011

World on Fire

Saya beruntung, 7 tahun yang lalu, 28 April 2004, salah satu mantan murid, sehabis melawat ke Amerika, mengantar ‘buah tangan’ berupa buku. Seolah, mantan murid itu, tahu apa yang sedang saya pikirkan dan impikan yaitu “World on Fire” karya Amy Chua.

Kini, ternyata ketika saya baca ulang buku setebal 348 halaman, tersusun dengan pendahuluan, bagian pertama yang mengulas The Economic Impact of Globalization dengan 4 rincian (Rubies and Rice Paddies, Llama Fetuses, The Sevent Oligarch, The Ibo of Careroon ), bagian kedua yang mengupas The Political Consequenses of Globalization, dengan 4 rincian (Backlash against Market, Backlash against Democracy, Backlash against Market Dominant Minorities, dan Mising Blood), dan bagian ketiga yang membahas Ethononationalism and the West, juga dengan 4 rincian (The Underside of Western Free Market Democracy, The Middle Eastern Cauldron, Why They Hate Us, dan The Future of Free Market Cemodcracy) masih sangat relevan. Tidak hanya untuk Indonesia dan Asia Tenggara, tetapi juga menjadi permasalahan dunia: minoritas yang dominan dalam pasar era global.

World on Fire dimulai dengan pengalaman tragis, yang mendasari pembahasan minoritas yang dominan dalam pasar era global. Peristiwa dibunuhnya Leona, tante Amy Chua, seolah menjadi pembenaran Amy Chua bahwa “minoritas yang dominan dalam panguasan perekonomian berkonsekuensi logis pada kecemburuan social.

Didukung observasi dan data akurat hampir di seluruh pelosok dunia “World on Fire” menjadi “refleksi” bagaimana mengurai korelasi “minoritas etnis yang dominan dalam ekononomi” dengan “mayoritas etnis yang miskin”. Kegagalan mengelola kontradiktif akan melahirkan kerusuhan social: Serbia (1990), Rwanda (1994), Indonesia (1998), Israel (1998). Dalam konotasi yang sama, kejadian pengeboman ‘menara kembar” Amerika (2001) merupakan indicator dominasi minoritas.

Setelah tujuh tahun World on Fire masih tetap relevan dan penting. Selayaknya menjadi referensi bagi para penguasa di seluruh dunia agar berkemampuan menyeimbangkan “dominasi minoritas etnis bidang ekonomi” dengan “mayoritas miskin yang dominan”.

Setelah “Word on Fire” menjadi bestseller versi New York Time, Business Week dan buku terbaik tahun 2003, Amy Chua menulis “ Day of Empire : How Hyperpowers Rice to Global” (2007), dan “Battle Hymn of the Tiger Mother “ (2011). Ibu dua anak yang lahir tahun 1962 ini layak mendapat hadiah nobel perdamaian karena sumbangan pemikiran yang tajam dan akurat ‘bagaimana menjinakkan pasar bebas para era globalisasi”.

Diterbitkan di: 02 Desember, 2011

Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/2235126-world/#ixzz1gH9X6dfm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REFLEKSI : 104 PAHLAWAN NASIONAL ROBERT WOLTER MONGISIDI

Robert dilahirkan di Malalayang< Manado,   anak ke-4 dari Petrus Mongisidi dan Lina Suawa,   14 Februari 1925. Panggilan akrab Robert...