Minggu, 16 Mei 2010

INOVASI DAN KREATIVITAS PEMBELAJARAN

Berita: SEMINAR PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA iNDONESIS
Menciptakan Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Menyenangkan
19 April 2010

Laporan oleh: Hera Khaerani





[Unpad.ac.id, 19/04] Selama ini, pelajaran bahasa Indonesia di sekolah hanya berkutat pada penyampaian teori, majas, tanda baca, dan lain sebagainya. Hal ini membuat materi tersebut terkesan membosankan bagi siswa. Namun, “Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah” menunjukkan bahwa berbagai inovasi bisa dilakukan agar belajar bahasa dan sastra Indonesia di sekolah menjadi menyenangkan.

JS. Kamdhi saat memaparkan pengalamannya sebagai guru sekolah dalam Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah di Aula PSBJ Fakultas Sastra Unpad, Jatinangor (Foto: Hera Khaerani)

Acara ini diselenggarakan di Aula PSBJ Fakultas Sastra Unpad, Jatinangor, sebagai bagian dari rangkaian acara Pekan Chairil Gelanggang Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran, seminar ini bertujuan untuk turut membangun sastra di Indonesia. Upaya memperkenalkan bahasa dan sastra kepada anak seharusnya dilakukan sedari dini karena Bahasa Indonesia merupakan salah satu pembangun karakter. Bahasa bisa menunjukkan bangsa.

Menurut JS. Kamdhi (54), “Saat ini terdapat sekira 70 negara yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua mereka. Bukan hal yang mustahil jika suatu saat nanti orang Indonesia tidak perlu khawatir saat bepergian ke negara lain dengan menguasai bahasa kita sendiri saja,” ujarnya.

Pria yang telah mengabdikan dirinya sebagai guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Santa Maria 1 Cirebon selama 28 tahun ini berkeinginan untuk mengubah konsep sekolah sebagai dunia ideal yang terlepas dari kehidupan nyata siswa. “Begitu meninggalkan gerbang pintu sekolah, kegiatan pembelajaran tidak mencerdaskan, memberdayakan, ataupun membudayakan karena konsep-konsep ideal bertolak belakang dengan realitas sosial,” ungkapnya.

Metode yang Kamdhi terapkan di sekolah antara lain metode diktat (1982-1992), metode buku (1992-2005), metode foto peristiwa aktual, dan strategi surat kabar masuk kelas. Kedua metode terakhir terbukti berhasil meningkatkan kemampuan siswa untuk mengeksplorasi dirinya.

Pada metode foto peristiwa aktual, siswa diajak untuk menjelaskan realitas-realitas yang ia lihat pada gambar. Lalu pada strategi surat kabar masuk kelas, budaya membaca kritis diperkenalkan dengan membuat siswa terbiasa membaca surat kabar. Strategi ini pun diintergrasikan dengan surat kabar atau majalah online milik sekolah.

Banyak yang akhirnya lebih aktif berkarya dan Ria Apriani (17) adalah salah satunya. Menurutnya, “Kami diajarkan tak hanya sesuai kurikulum, tapi membuka inspirasi tentang diri. Kita berdiskusi tentang realitas terkini di luar dan dirorong untuk berkarya.,” ujar Ria yang akhirnya menyadari bahwa ia memiliki minat dan bakat untuk menulis.

Selain Kamdhi, Aminudin juga hadir sebagai pembicara. Penulis yang satu ini menekankan bahwa hal terpenting dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bukanlah pada teori, melainkan pada munculnya generasi-generasi yang mampu menunjukkan identitas dirinya.

“Pembelajaran tidak boleh behenti pada tingkat output di mana akhirnya siswa memiliki pengetahuan tentang sastra. Kita menginginkan siswa dapat mengapresiasi, menganalisis, dan juga dapat memproduksi karya sastra sebagai outcome dari pengajaran sastra di sekolah,” jelas Aminudin. (eh)*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REFLEKSI : 104 PAHLAWAN NASIONAL ROBERT WOLTER MONGISIDI

Robert dilahirkan di Malalayang< Manado,   anak ke-4 dari Petrus Mongisidi dan Lina Suawa,   14 Februari 1925. Panggilan akrab Robert...