Kamis, 12 Maret 2009

MEGALOMANIA

MEGALOMANIA
Kita perlu terus-menerus berjuang untuk membebaskan diri dari belenggu kuasa dosa, sehingga kita mampu melawan segala kecenderungan hati untuk meninggikan diri dan merebut kemuliaan Kristus. Tetapi harus kita ingat, bahwa pemulihan adalah karya keselamatan Allah. Dengan spiritualitas yang dipulihkan tersebut kita dimampukan untuk menjadi tangan Tuhan untuk memulihkan sesama. Itu sebabnya, jika kita mau menanggalkan segala ambisi dan dorongan “megalomania”, maka kita akan dipakai oleh Tuhan sebagai penyampai kabar baik yang efektif dan dilengkapi oleh kuasa Roh-Nya.
Hasil pemulihan dari Allah adalah sukacita. “Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: "TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!" TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita”( Mzm. 126:2-3). Saat kehidupan kita dipenuhi oleh kerendahan hati yang menundukkan diri di bawah otoritas kasih Allah, maka kehidupan kita akan dipenuhi oleh sukacita yang tidak dapat diberikan oleh dunia ini.
Sukacita lahir dari suatu ucapan syukur kepada Allah yang telah melaksanakan karya keselamatan-Nya. Bukankah dalam makna teologis yang sama rasul Paulus juga berkata: “Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” (I Tes. 5:16-18). Inilah perbedaan esensial antara seseorang yang memiliki kecenderungan dan tipe “megalomania” (perasaan diri “besar dan penting”), dengan seseorang yang mengucap syukur atas karya keselamatan Tuhan. Seorang megalomania selalu “mengucap syukur” dan memuji-muji diri sendiri sebab dia merasa sangat istimewa. Padahal secara psikologis, seorang “megalomania” pastilah seorang yang sakit jiwanya dan tidak mampu hidup di dunia nyata tetapi hidup dalam delusi (keyakinan semu) atas impian dan bayangannya sendiri.
Sebaliknya seorang yang mengucap syukur atas segala karya keselamatan Tuhan pastilah seorang yang mampu menyadari keterbatasan dan kekurangan dirinya, namun serentak mampu menghargai dirinya sebab dia tahu bahwa Allah sangat mengasihinya. Itu sebabnya seorang yang hidup dalam pengucapan syukur tidak pernah memandang diri secara berlebihan (superioritas diri), tetapi juga tidak pernah memandang secara berkekurangan (inferioritas diri). Dia mampu memandang diri secara tepat menurut cara pandang dan penilaian dari Allah.
Oleh karena itu, sebelum kita sungguh-sungguh dapat menyampaikan kabar baik, kehidupan kita seharusnya dipenuhi oleh kabar baik yang membuat kehidupan kita berubah. Sebelum kita memberitakan tahun rahmat Tuhan telah tiba, kehidupan kita juga seharusnya dipenuhi oleh rahmat Tuhan yang membebaskan.
Peran dan pelayanan seorang utusan Allah akan bertambah efektif ketika kehidupan rohaniahnya senantiasa terbuka untuk diubah dan diperbaharui oleh Allah. Tetapi sebaliknya, segala karunia dan berkat rohaniah yang diterima dari Allah menjadi lumpuh ketika dia membiarkan dirinya untuk dikuasai oleh dorongan/ambisi “megalomania” (perasaan diri penting dan besar). Itu sebabnya pada masa prapaska ini merupakan saat yang sangat tepat bagi kita untuk diubah dan diperbaharui oleh Tuhan agar kita dapat menyaksikan karya dan kemuliaan Kristus kepada orang-orang yang ada di sekitar kita. Untuk itu kita perlu menguji segala sesuatu dan memegang yang baik sampai kedatangan Tuhan Yesus (I Tes. 5:21); termasuk pula kesediaan untuk menguji diri sendiri sehingga kita dapat memerankan sebagai utusan kabar baik yang semakin efektif dan berkenan di hadapan Tuhan.
Bob Dylan menulis dalam syair lagu yang diinspirasi oleh sikap Yohanes Pembaptis bahwa dia bukanlah Messias, yaitu: “You say you’re looking for someone who’s never weak but always strong / to protect you and defend you whether you are right or wrong, / someone to open each and ev’ry door, but it ain’t me, babe. . . / It ain’t me you’re looking for." (Kamu katakan mencari seseorang yang tidak pernah lemah tetapi selalu kuat untuk melindungi dan menjaga dirimu apakah kamu berlaku benar atau salah, seseorang yang membuka setiap pintu, tetapi itu bukanlah aku … Itu bukan aku yang sedang kamu cari).
==========doc.jsk.120309======================================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REFLEKSI : 104 PAHLAWAN NASIONAL ROBERT WOLTER MONGISIDI

Robert dilahirkan di Malalayang< Manado,   anak ke-4 dari Petrus Mongisidi dan Lina Suawa,   14 Februari 1925. Panggilan akrab Robert...