Minggu, 18 Januari 2009

JS KAMDHI : TETESAN KEPEDULIAN (KOMPAS FORUM)

Penggusuran

selalu dan terus terjadi di seluruh pelosok negeri
berpuluh tahun telah menghuni
bayar listrik, air, dan jasa rukun warga
kenapa di negeri berperikemanusiaan lebih tidak manusiawi
kenapa di negeri berkeadilan lebih banyak yang ditumbalkan

Edit/Delete Message

Bertahun-tahun

bila telah menghuni berpuluh tahun
punya listrik
punya telpon
siaptah yang salah

Edit/Delete Message

Silaturahmi...

jakarta memang pesona
sebab uang-kuasa-kenikmatan berpusat di sana

setiap habis lebaran bertambah pendatang
lha, apakah pernah ada silaturahmi
antargubernur DKI dengan gubernur tempat asal rakyat
yang mengadu nasib di DKI

bicara dari hati ke hati mencari solusi...

Edit/Delete Message

Pamong Praja

mengapa harus menggertak-memukul-menyita
mengapa tegur sapa-silaturahmi tidak terjadi
yang kalian hadapi bukan tapir atau badak
mereka manusia yang punya nyali demi anak-istri
tidak dengan mencuri-merampok-korupsi

Pamong Praja?
pahamkah kalian maknanya?

Edit/Delete Message

Lha, Iya ya...

lha itu masalahnya
ada yang diadu domba
di mata jelata siapa yang bengis tak berperikemanusiaan
satpol PP kan?
kenapa penghuni tergusur
bisa punya saluran listrik, telepon, gas, atau PDAM
bayar ini-itu
sah sebagai penghuni
tapi sah dikorbankan

Edit/Delete Message

Kedongdong...

halus, bersih, memikat di luar
berserabut di dalam
inilah kepemimpinan kita saat ini

munafik!
miris hati ini setiap saat baca dan lihat
anak bangsa dipukul-dirampas hak usaha dan hak hidup
bukankah mereka pemilih sah negeri ini?
bukankah UUD 1945 menjamin mereka?

Kepiting


beribu-ribu kepiting memasuki gedung-gedung perkantoran
gesit-lincah
beribu-ribu orang lapar menangis
di jalan raya
di tempat gusuran
di trotoar-trotoar

kepiting sawah pandai membuat lubang
kepiting pantai piawi berjalan mundur

wah,
berjuta-juta kepiting sawah-pantai
berbaris rapi dari sabang-merauke

Heran...

sekolah berlomba-lomba bilingual
bukan pencerdasan anak bangsa
bukan memanusiakan manusia muda

sekolah berlomba-lomba (bahkan untuk TK)
menjadikan tunas bangsa sebagai balon
bukan tanaman muda

aku bertanya
tidakkah akan hilang kebanggaan
berbahasa satu bahasa Indonesia
bernegeri satu negeri Indonesia

Kenapa...

kenapa tikus-tikus sawah tidak ditembak mati saja Pak Polisi?
kenapa
antek-antek kapitalis penyengsara petani (aku anak petani dari Sleman yang rindu
pulang)
diberi ampunan?

Pak Polisi, usut sampai ke sarangnya
selaksa derita
petani rasa
panen raya, beras impor melindas
tebu rakyat menjadi gula, gula
impor melindas

tikus-tikus sawah antek-antek kapitalis
adalah jilmaan sarpakena
yang srakah
dan licik

Lho, lha iya...

bayangkan saja sejak 1971 di senayan
sekarang masih genthayangan dengan partai baru
pensiun ini-itu (gila nggak usia pensiun 70 tahun-un)
ngebet jadi anggota dewan, bupati, walikota, gubernur

tolong dong ah, lembaga survei-vei
itunglah
jangan hanya yang itu-itu melulu

hidup anak muda yang berdikari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REFLEKSI : 104 PAHLAWAN NASIONAL ROBERT WOLTER MONGISIDI

Robert dilahirkan di Malalayang< Manado,   anak ke-4 dari Petrus Mongisidi dan Lina Suawa,   14 Februari 1925. Panggilan akrab Robert...