Orang yang mampu berdamai dengan diri sendiri pastilah mengalami de civitate
Dei (Tuhan merajai). Maka, bila setiap pribadi mengalami 'kuasa Tuhan' maka
hidupnya pun menjadi de civitate Dei bagi orang lain.
Kini, semakin banyak orang yang mudah marah, meski tanpa sebab. Banyak orang
mudah gelisah, cemas, was-was, khawatir tanpa tahu mengapa harus demikian.
Banyak orang menjadi cuek, masa bodoh, semau gue tanpa sadar mengapa begitu?
Dalam situasi seperti ini, kita tidak melihat daya hidup dan keberanian mencari
'causa prima' :penyebab terjadinya. Tidak ada daya kritis, analisis, dan
mencari solusi. Yang terjadi, menyalahkan orang lain dan mencari kambing hitam.
Bahkan, kita malah berkelit atau menghindar. Kita pura-pura seolah tidak berada
dalam suatu masalah yang membebani.
Mengutip dari lifesupportscounselling.com.au ada 10 jenis marah yang umum ada
di masyarakat. Dengan mengetahui jenisnya, semoga saja Anda bisa tahu bagaimana
mengontrolnya.
1. Assertive anger
Jenis marah ini merupakan yang paling “kalem”. Alih-alih memperlihatkan
kemarahan, orang dengan tipe marah ini cenderung menghindar dari konfrontasi
dan menahan diri mengeluarkan kata-kata kasar. Orang dengan tipe marah seperti
ini cenderung memotivasi untuk menjadi lebih baik.
2. Behavioural anger
Kemarahan jenis ini lebih melibatkan ekspresi fisik dan cenderung agresif.
Orang dengan marah jenis ini biasanya menyerang seseorang atau merusak barang
yang ada di sekelilingnya. Kemarahan jenis ini biasanya tidak bisa diprediksi
dan punya konsekuensi negatif di akhirnya. Jika memiliki jenis marah ini,
sebaiknya segera pergi dari tempat di mana Anda marah untuk mengatur napas dan
mengontrol emosi.
3. Chronic anger
Orang dengan jenis marah ini biasanya lebih memilih ditahan dan cenderung
menyalahkan dirinya sendiri. Bahayanya, jika terus menerus tidak diperbaiki,
kemarahannya justru akan membuat tidak sehat. Biasanya kemarahan ini timbul
karena benci dengan orang lain atau frustrasi pada keadaan. Cara paling baik
untuk meredam amarah jenis ini adalah memaafkan.
4. Judgmental anger
Kemarahan ini boleh jadi karena kemarahan yang sebenarnya. Jenis marah ini
muncul sebagai reaksi saat melihat atau menerima ketidakadilan. Walaupun
terlihat punya nilai positif, tak menutup kemungkinan bahwa orang dengan marah
ini dijauhi karena perbedaan pandangan dengan orang lain di sekitarnya.
5. Overwhelmed anger
Inilah tipe marah yang tidak terkontrol. Marah ini biasanya muncul karena
akumulasi dari kondisi di luar batas kemampuan kita, diikuti dengan perasaan
tanpa harapan atau frustrasi. Ini biasanya muncul karena terlalu banyak
tanggung jawab yang dipikul atau karena ketidakmampuan melawan stres.
6. Passive aggressive anger
Jenis marah ini biasanya tidak menyerang seseorang secara langsung. Biasanya,
orang dengan jenis marah ini lebih memilih untuk sinis atau menyalahkan
kejadian. Perilaku ini biasanya membuat ambigu dan membingungkan orang lain.
Belajar tentang komunikasi yang asertif menjadi salah satu cara untuk mengelola
kemarahan ini.
7. Retaliatory anger
Jenis marah ini biasanya direspons dengan rasa balas dendam atau ingin
membalas. Biasanya orang yang memiliki tipe kemarahan ini sudah mempersiapkan
diri dan bertujuan. Tak jarang, pembalasannya dilakukan dengan intimidasi yang
cenderung menyulut tensi menjadi lebih tinggi. Kemarahan model ini bisa menjadi
fatal jika tidak diredam.
8. Self-abusive anger
Kemarahan ini muncul karena merasa putus asa, tidak berharga, disakiti, atau
malu. Orang dengan kemarahan seperti ini biasanya tidak bisa mengekspresikan
dan cenderung menyalurkannya dengan berbicara yang buruk terhadap diri sendiri.
Tak jarang, mereka menyakiti diri sendiri.
9. Verbal anger
Walaupun terlihat tidak menakutkan, kemarahan jenis ini berpotensi menyerang
lawan bicara secara psikologis. Biasanya kemarahan ini diikuti dengan ekspresi
teriak, mengancam, sarkasme, hingga kritik yang menyalahkan. Kemarahan ini
bertujuan untuk mempermalukan seseorang. Jika memiliki jenis ini, sebaiknya
belajar menahan diri untuk berteriak dan cobalah untuk mengeluarkan argumen
dengan lebih tertata dan tenang.
10. Volatile anger
Kemarahan ini cenderung naik turun seperti rollercoaster. Anda bisa marah besar
cepat sekali, tetapi seketika kemudian langsung tenang. Jenis marah ini
sebenarnya dijauhi oleh orang lain karena mereka cenderung takut untuk
berinteraksi dengan Anda. Untuk itu, Anda harus belajar mengontrolnya agar
tidak terekskalasi.
Santo Agustustinus, uskup dan pujangga gereja, menyodorkan empat karya besar
dalam mengurai permasalah tersebut demi kemampuan pribadi untuk
"menghadirkan Tuhan dalam hidup dan kehidupannya". Karya Agustinus
yang hingga kini tetap relevan itu adalah: Confessiones, De Trinitate, De
Natura et Gratia, dan De Civitate Dei.
Inilah jalan Agustinus. Bertobat, mengalami, mensyukuri, melakukan. Tanpa
keempat hal tersebut tidak mungkin rukun pada diri sendiri, rukun dengan
sesama, rukun dengan alam semesta, rukun dengan normat hidup, dan rukun pada
Tuhan. Sebaliknya, yang terjadi adalah konflik batin, dengan sesama, dengan
norma hidup, dengan alam, dan dengan Tuhan.
Bertahun kita merdeka. Bertahun pula kita belum mampu berdamai dalam perbedaan,
Konsep Bhinneka Tunggal ika, bersama-sama menjadi satu, sama untuk
bersendiri-sendiri hanya berada dalam konsep hidup dan tidak dalam realitas
hidup. Tuhan yang kita datangkan di tempat-tempat ibadah, pada saat berdoa,
berpuasa, dan merayakan hari raya. Tetapi, Tuhan tidak hadir dalam hidup
kongret kita, kini-sini.
Bukankah religiositas atau keberagamaan adalah praksis penghadiran Tuhan bagi
sesama melalui perkataan dan perbuatan kita...

Tidak ada komentar:
Posting Komentar