Lagu John Lenon dari The Beatles, Let It Be, yang menjadi salah satu hit didasarkan pada jawaban Maria atas kabar suka-cita. Fiat me, meus est servus Dei (Latin): Terjadilah padaku, sebag aku ini hamba Tuhan (Lukas 1:38).
When I find myself in times of trouble, Mother Mary comes to me
Speaking words of wisdom, let it be
And in my hour of darkness she is standing right in front of me
Speaking words of wisdom, let it be
Selain melodinya sangat halus, komposisi musik yang menyentuh afeksi, syair lagu yang mampu menusuk kesadaran dan rasa keberagamaan.
Maria, adalah tokoh iman. Wanita yang Tuhan pilih untuk melahirkan Sang Penebus-Sang Juru Selamat-Sang Raja Agung. Sosok wanita sederhana, yang mendasarkan pergulatan dan perjuangan hidup hanya pada kuasa ilahi. Sosok wanita yang selalu menghayati hidup dan kehidupan pada karya penebusan-penyelamatan.
Dalam kerendahan hati, yang dilandasi kesalehan hidup, is berucap,”Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Dalam kerendahan hati, Maria merasa tidak layak untuk menerima anugerah besar dari Tuhan Yang Mahaagung. Hingga, malaikat pun berkata, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus.”
Dalam kerendahan hati, Maria memiliki kekayaan batin-rohani yang kuat hingga berkemampuan menangkap tanda-tanda zaman sebagaimana telah diramalkan para nabi sebagai Putri Zion. Maria memiliki tempat istimewa: Per Mariam ad Jesu: melalui Maria ke Yesus. Maria menjadi perantara. Maria menjadi pelindung. Maria pendamping.
Tak mengherankan bila di seluruh pelosok dunia ada tempat-tempat ziarah untuk berkontemplasi, untuk bermeditasi. Tempat-tempat yang menciptakan “nuansa religi” hingga manusia mampu berakrab-akrab dengan Tuhan.
Penampakan Maria, hampir di seluruh pelosok dunia, menunjukkan betapa Maria menjadi perantara menuju Allah Yang Mahabesar. Penampakan Maria yang hingga kini masih terjadi merupakan tanda kebesaran Tuhan pada orang-orang yang menggumuli hidup sebagai hamba Tuhan.
Dalam proses religiositas, kehadiran Maria dalam perkawinan di Kana, merupakan wujud nyata seorang hamba Tuhan yang memiliki ketajaman batin rohani. Maka, ketika sang empunya hajat kehabisan minum (anggur) Maria berkata kepada Yesus, “Mereka kehabisan minuman!” Lalu, kepada para pelayan, Maria berkata. “Lakukanlah apa yang Ia perintahkan!” Dan, apa yang terjadi? Air berubah menjadi anggur.
Tampilan Maria yang kedua adalah penyertaannya dalam “via dolorosa (jalan salib) Jesus. Dengan penuh setia Maria mengikuti perjalanan salib Jesus. Dan, dari atas salib, Jesus pun menyerahkan murid-murid-Nya menjadi anak Maria, “Ibu, itulah anakmu!” Lalu, kepada para murid Jesus berkata, “Itulah ibumu!” kekhususan Maria dalam perjalanan iman hanya dapat dipahami dalam intimitas jiwa dengan Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta.
“Kata Malaikat kepada Maria “Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Maria pun menjawab, “Sesungguhnya, aku ini hamba Tuhan. Jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”( Lukas 1: 38)
Peran Maria dalam sejarah iman gerawi hanya dapat dipahami dalam korelasi penebusan-penyelamatan Jesus melalui jalan salib-Nya. Itulah sebabnya, menjalani hidup sebagai hamba Tuhan merupakan misteri iman dan sangat individual. Tidak dapat dirasionalisasikan.
Hanya dapat dimengerti dengan berucap, “Meus est servus Dei, fiat me! (Aku ini hamba Tuhanku, jadilah kehendak-Mu!)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar