Minggu, 14 Maret 2021

REFLEKSI: 42 RUKUN

Merefleksikan hilangnya "hidup rukun" dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara selayaknya kembali dalam diri kita sendiri. Kembali pada kerinduan hakiki setiap insan. Sungguhkah kita rukun pada diri kita sendiri? Mampukah kita bersyujud menyembah Tuhan dengan hati suci?

Inilah pertanyaan yang layak harus kita urai dan jawab.

Rukun pada diri sendiri berarti secara sadar menerima diri apa adanya. Menerima dan menyadari kelebihan dan kekurangan kita. Mengakui dan bangga akan kelebihan dan mengakui serta mengubah kekurang menjadi kekuatan luar biasa untuk hidup di jalan Tuhan.

Mengakui dan bangga akan keunggulan serta mengakui dan mengubah kelemahan menjadikan cerdas dalam hidup. Rukun pada diri sendiri menjadikan bita "waskita": tak kan goyah meski seribu kali harus tersungkur, tersingkir, disingkirkan,bahkan dikucilkan.

Rukun pada diri sendiri menjadikan kita untuk setia dan konsisten menjadi kabar gembira. Menjadi keadilan, menjadi kebahagiaan, menjadi pencerah bagi orang yang sedang terpuruk dan terasing. Rukun pada diri sendiri dengan menyadari "campur tangan Tuhan" dalam peerilaku-tindakan-perbuatan-tutur kata menjadikan kita tegar-teguh-tegak berdiri meski dihantam puting-beliung atau gelombang tsunami kehidupan.


 

Rukun pada diri sendiri mendasari untuk hidup rukung dengan sesama, rukun dengan norma hidup, rukun pada alam semesta, serta rukun pada asal dan tujuan hidup yaitu Tuhan Yang Mahabesar.

“Sujudlah menyembah kepada Tuhan dengan berhiaskan kekudusan, gemetaranlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi" merupakan wujud orang yang cerdas rukun dengan diri sendiri. Merupakan dasar kerukunan hidup di bumi yang kita cintai bersama.

Kita sering jengah dengan polah tingkah para penguasa yang banyak tingkah, banyak "omong", banyak berjanji, berperilaku tidak konsisten, serta ragu-ragu dalam penuntasan masalah.

Kita menjadi marah, kesal, kecewa. Namun, di sisi lain, hendaknya kita pun memaklumi: mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.

Sahabat, yang mampu mengembalikan kedamaian-keadilan-kesejahteraan di bumi katulistiwa hanyalah rukun pada diri sendiri. Itulah sebabnya, mari kita berlomba-lomba untuk mewujudkannya. Hanya dengan rukun pada diri sendiri kita dapat rukun pada sasama anak bangsa tanpa harus tersekat. Rukun pada diri sendiri menghadirkan hidup jujur-adil-tulus dan selalu bermegah dalam nama Tuhan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REFLEKSI : 104 PAHLAWAN NASIONAL ROBERT WOLTER MONGISIDI

Robert dilahirkan di Malalayang< Manado,   anak ke-4 dari Petrus Mongisidi dan Lina Suawa,   14 Februari 1925. Panggilan akrab Robert...