Tuhan masih adakah ruang untukku bila
semua-mua mengingkari jatidiri bila
semua-mua mengumbar nafsu angkara bila
semua-mua adigang, adigung, adiguna
Tuhan masih adakah ruang untukku bila
udara semakin tercemar suara-suara kebohongan bila
air tidak lagi steril karena halal segala cara bila
tanah tak lagi subur karena kemungkaran dan kemunafikan
Tuhan bila tidak ada lagi ruang untukku
aku tetap bertahan walau
terhimpit pedih perih
kini
tetesan embun bagai embun pagi inilah hidup sebentar semakna mengedip mata tetesan embun menandai fajar menyingsinG dan hari baru
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
REFLEKSI : 104 PAHLAWAN NASIONAL ROBERT WOLTER MONGISIDI
Robert dilahirkan di Malalayang< Manado, anak ke-4 dari Petrus Mongisidi dan Lina Suawa, 14 Februari 1925. Panggilan akrab Robert...
-
REFLEKSI : 66 BUNDA TERESA Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan...
-
Lukas 10 : 21 : Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit ...
-
Bersyukurlah saya karena dari koleksi buku, selama ini, terdapat karya “Empu Komedi dalam Kesusastraan Barat, Jean Baptiste Poquelin, dengan...
untuk anakku
BalasHapusSondang Hutagalung
yang mengorbankan diri demi
mengindonesikan Indonesia