Minggu, 14 Maret 2021

REFLEKSI: 47 PERHATIAN

 

Orang yang hidup dalam kasih-setia tidak akan berbohong-berdusta. Tidak akan korupsi dan menghalalkan segala cara. Tidak akan mengecewakan-menyengsarakan orang lain. Tidak akan merugikan-memanfaatkan orang lain. Tidak akan menindas dan merepresif mereka yang berjuang demi tegaknya keadilan.

“Pujilah Tuhan, hai segala bangsa. Megahkanlah Tuhan hai segala suku bangsa. Sebab kasih-Nya hebat atas kita. Dan, kesetiaan Tuhan untuk selama-lamanya. Puji Tuhan.” (Mazmur 117: 1-2)

Mazmur 117 adalah mazmur terpendek dari 150 Mazmur yang Daud tulis. Hanya terdiri atas 2 ayat.

Namun, kedudukan mazmur terpendek ini tetap dalam alur pertobatan, puji syukur, keutamaan hidup, penyerahan diri, kemurahan Tuhan, maupun hamba Tuhan. “Pujilah Tuhan, hai segala bangsa. Megahkan Tuhan, hai segala suku bangsa” (Mazmur 117:1) menjadi sangat relevan untuk kita refleksikan dalam konteks hidup yang telanjur dikuasi kebohongan dan dusta.

Bagaimana mungkin mereka mampu memberdayakan-mencerdasakan-menyejahterakan warga masyarakat yang mereka pimpin. Bukankah perilaku ‘yang tidak beretika-bermoral itu akan cepat beranak-pinak? Bukankah “bawahan” akan mengikuti jejak pimpinan?

Refleksi kita mengapa seorang yang dipilih langsung oleh warga masyarakat, yang notabene beriman pada Tuhan, terang-terangan berbuat nista? Orang yang cerdas memuji berarti memliki kerendahan hati yang luar biasa.

Berkerendahan hati mengandung makna kemampuan mengakui keunggulan-kemampuan-talenta-kelebihan orang lain.

Berkemampuan mengakui-menghargai sesuatu yang baik-benar-indah-suci. Berkemampuan mengakui dengan tulus akan kebaikan-daya hidup-daya juang-daya banting. Sama halnya dengan memuji dan memegahkan Tuhan.

Orang yang cerdas memuji dan memegahkan Tuhan pastilah orang yang berhati tulus-baik-benar-indah-suci. Dalam pergulatan dan pergumulan hidup, orang yang cerdas memuji dan memegahkan Tuhan menyadari Tuhan “terlibat dan melibatkan” dalam perkataan-perbuatan.

Orang yang cerdas memuji dan memegahkan Tuhan menyadari tanpa “campur tangan Tuhan” tak satu pun dapat dilakukannya. Tegasnya, orang yang cerdas memuji dan memegahkan Tuhan selalu menempatkan seluruh tindakan dan pekerjaannya adalah ibadah bagi Tuhan.

Sahabat, orang yang cerdas memuji dan memegahkan Tuhan selalu yakin bahwa “Dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belaskasihan. Maka sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: Hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau pujian yang sia-sia. Sebaliknya dengan rendah hati anggaplah orang lain lebih utama daripada dirimu sendiri.

Janganlah masing-masing hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, melainkan kepentingan orang lain juga. Dalam hidupmu bersama, hendaklah kamu bersikap seperti Kristus Yesus.”( Flp 2:1-5)

Keyakinan akan kasih-setia Tuhan menjadikan kita berkemampuan menyetujui-mendukung-membela-membiarkan orang lain bertumbuh-berkembang selaras dengan jatidiri mereka.

Artinya, bila Tuhan begitu mengasihi dan setia, maka kita ciptaan-Nya harus hidup dalam kasih dan dalam kesetiaan. Hidup dalam kasih-setia pasti hidup jujur-adil-benar-baik-mulia-suci. Pasti selalu berjuang untuk membahagiakan-menyejahterakan sesama. Pasti selalu memberikan yang terbaik bagi sesame. Pasti selalu menyejahterakan sesama.

Orang yang hidup dalam kasih-setia tidak akan berbohong-berdusta. Tidak akan korupsi dan menghalalkan segala cara. Tidak akan mengecewakan-menyengsarakan orang lain. Tidak akan merugikan-memanfaatkan orang lain. Tidak akan menindas dan merepresif mereka yang berjuang demi tegaknya keadilan.

Sahabat, hidup dengan bermegah dalam Tuhan merupakan pilihan sulit di tengah arus deras hidup dalam kebohongan dan dusta.

Mari, kita berlomba-lomba dalam kasih-setia pada Tuhan hingga orang lain merasakan kasih-setia dalam hidup kita. Artinya, diri kita sendirilah kasih-setia itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REFLEKSI : 104 PAHLAWAN NASIONAL ROBERT WOLTER MONGISIDI

Robert dilahirkan di Malalayang< Manado,   anak ke-4 dari Petrus Mongisidi dan Lina Suawa,   14 Februari 1925. Panggilan akrab Robert...