Rabu, 03 Maret 2021

REFLEKSI : 34 KEPAK KASIH TUHAN

Daud menunjukkan jalan pada kita yaitu berbalik dari keterpurukan dengan menggapai ‘kepak kasih Tuhan’.

Merefleksikan mazmur Daud, yang ditulis dalam bentuk puisi, terbagi dalam lima bagian:

1)      jalan orang benar (1-42(,

2)      kerinduan pada Allah (42-72),

3)      pergumulan dan pengharapan (73-89),

4)      Tuhan tempat perlindungankekal (90-106),

5)      ucapan syukur (107-150)

menjadikan kita kuat dalam menziarahi hidup dan kehidupan ini.

Dari 150 judul “puisi religi” Daud, kita dituntun menapaki setiap langkah perjalanan dengan hati terbuka. Mereguk kekuatan iman dengan berkaca pada pergulatan dan pergumulan Daud sebagai peziarah.

“Kasihanilah aku, ya Tuhan, menurut kasih setia-Mu. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan sucikanlah aku dari dosaku. Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dari dosaku .Terhadap Engkau, terhadap Engkau aku berdosa. ” adalah kerinduan terdalam untuk tetap berada dalam sayap kasih Tuhan. Sebuah penyerahan total, sebuah metanoia (berbalik-bertobat).

Sebuah pengakuan hidup di luar kepak kasih Tuhan hanyalah kesia-siaan. Kesadaran dan penyerahan total untuk menziarahi hidup dalam ‘kepak kasih Tuhan’ menjadikan setiap peziarah tetap teguh, tegak, tegar akan penyertaan-perlindungan Tuhan. “Sesungguhnya, Engkau berkenan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku”

Keteguhan dan keyakinan ‘kepak kasih Tuhan’ mengiringi setiap langkah, apalagi melewati jalan berbatu, berlumpur, berkelok, mendaki menumbuhkan ketakwaan, dan kesetiaan. Hanya dalam dan melalui ‘kepak kasih Tuhan’ peziarah akan berbahagia sampai tempat tujuan.

Ada kekuatan mendalam yang menyemangati-mendorong-menuntun langkah:

“Kasihanilah aku, ya Tuhan, menurut kasih setia-Mu. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan sucikanlah aku dari dosaku. Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dari dosaku.Terhadap Engkau, terhadap Engkau aku berdosa. 


 

Sesungguhnya, Engkau berkenan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku. Bersihkanlah aku dari dosaku, dengan air kudus-Mu, maka aku menjadi suci. Basuhlah aku hingga aku menjadi lebih putih dari salju. Jadikanlah hatiku suci, ya Tuhan, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh. Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dariku.” (Mazmur 51: 2-11)

Sahabat, melalui dan dalam kutipan tersebut, kita meyakini bahwa sebagai manusia, kita tidak pernah luput dari kesalahan dan dosa. Selagi kita masih menziarahi hidup kelemahan kemanusiaan tetap melekat dalam kodrat insaniah manusia.

Namun, sekaligus kita pun diingatkan akan ‘daya ilahi dan penyertaan kepak kasih Tuhan’ ada dan berada dalam hidup dan kehidupan kita. Daud memberi contoh bagaimana harus bangkit-tegak-tegar hidup dalam ‘kepak kasih Tuhan’ setelah jatuh dalam pelukan dosa. Daud menunjukkan jalan pada kita yaitu berbalik dari keterpurukan dengan menggapai ‘kepak kasih Tuhan’.

Sahabat, “tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang sudah tua, sebab jika demikian kain penambal akanmencabik baju itu lalu makin besarlah koyaknya. (Matius 9:16).

Itulah sebabnya, hidup yang bagai roda: berada di atas atau berada di bawah, selalu kita letakkan dalam ‘kepak kasih Tuhan’. Sehingga kita semakin cerdas dalam bersyukur, semakin cerdas bertobat, semakin cerdas dalam memuliakan Tuhan melalui karya nyata kita. Tuhan memberkati …

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REFLEKSI : 104 PAHLAWAN NASIONAL ROBERT WOLTER MONGISIDI

Robert dilahirkan di Malalayang< Manado,   anak ke-4 dari Petrus Mongisidi dan Lina Suawa,   14 Februari 1925. Panggilan akrab Robert...