Senin, 15 Maret 2021

REFLEKSI : 64 BERDALIH

 

Seperti semua penyakit, excusitis akan menjadi semakin buruk bila tidak diobati. Ekskusitis (orang yang mengalami penyakit dalih)  merasa nyaman dengan hidup bersama dalihnya dan mengandalkan dalihnya untuk menjelaskan kenapa dia tidak mengalami perkembangan atau bahkan kemunduran.

Konon, ada  seorang raja  yang akan mengadakan perjamuan nikah untuk anaknya.  Ia menyuruh hamba-hambanya  memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan nikah itu,  tetapi mereka tidak mau datang untuk menikuti pesta.  

Lalu, Raja itu menyuruh pula hamba-hamba lain dengan pesan, ‘Katakanlah kepada para undangan: Hidangan sudah kusediakan,  lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih. Semuanya telah tersedia. Datanglah ke perjamuan nikah ini!’  

Tetapi para undangan itu tidak mengindahkannya. Ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap hamba-hamba itu, menyiksa dan membunuhnya.  Maka murkalah raja itu.  Ia lalu menyuruh pasukannya ke sana  untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu  dan membakar kota mereka.  

Kemudian ia berkata kepada hamba-hambanya,  ‘Perjamuan nikah telah tersedia,  tetapi yang diundang tidak layak untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan  dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana  ke perjamuan nikah ini.’  

Maka pergilah hamba-hamba itu  dan mereka mengumpulkan semua orang  yang dijumpainya di jalan-jalan,  orang-orang jahat dan orang-orang baik,  sehingga penuhlah ruang perjamuan nikah itu dengan tamu.  Ketika raja itu masuk untuk menemui para tamu,  ia melihat seorang tamu yang tidak berpakaian pesta.  

Ia berkata kepadanya,  ‘Hai saudara,  bagaimana Saudara masuk ke mari tanpa mengenakan pakaian pesta?   Tetapi orang itu diam saja. Maka raja itu lalu berkata kepada hamba-hambanya, ‘Ikatlah kaki dan tangannya  dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap,  di sana akan ada ratap dan kertak gigi.’  Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikitlah yang dipilih.” (Mat 22:1-14).

Ada dua perumpaan yang identik dengan perumpaan tersebut: (1) Perumpamaan Hamba yang Menanti Tuannya
(Luk 12:32-48), (2)  Perumpamaan Sepuluh  Gadis Bijaksana dan  Sepuluh Gadis Bodoh (Matius 25:1–13).

Ketiga perumpamaan tersebut menunjuk refleksi yang sama: berdalih. Berdalih atau pembenaran diri, “ Mengemukakan alasan yg dicari-cari untuk menghindari atau menutupi perbuatan yang salah atau tercela, bahkan sebagai pembenaran sesuatu yang tidak pernah ada, dengan tujuan mengelabuhi.

Hampir setiap orang setidaknya dengan tingkat ringan mengidap penyakit excusitis, kencederungan untuk berdalih, membenarkan diri untuk membuat alibi atasa kesalahannya. Excusitis adalah cara berpikir yang selalu mencari alasan-alasan dalam menghadapi sesuatu.

Kita menyebut penyakit dalih  atau excusitis atau penyakit kegagalan. Setiap orang gagal mengidap penyakit ini dalam tahap lanjut, dan kebanyakan orang "rata-rata" pernah setidaknya mengalami serangan ringan penyakit ini.   


 

Sebaliknya, seseorang yang berhasil, atau makin sukses, makin sedikit ia mencari alasan-alasan. Mereka tidak lari dan bersembunyi dibalik kekurangan mereka. Dalih atau alasan-alasan tidak dilakukan oleh orang sukses dalam menghadapi  melawan kegagalan.

Seperti semua penyakit, excusitis akan menjadi semakin buruk bila tidak diobati. Ekskusitis (orang yang mengalami penyakit dalil)  merasa nyaman dengan hidup bersama dalihnya dan mengandalkan dalihnya untuk menjelaskan kenapa dia tidak mengalami perkembangan atau bahkan kemunduran.

Dan setiap kali dalih itu digunakan dan berhasil maka dalih tersebut akan tertanam semakin dalam ke dalam pikiran. Pada awalnya itu hanya sebuah rekaan namun lama kelamaan pengidap akan semakin percaya dan dalih tersebut akan berperan sebagai alasan sesungguhnya dia gagal.

Hal ini berkaitan dengan efek nocebo atau pengaruh negatif, misal seseorang berdalih bahwa kegagalanya adalah karena kesehatan jantungnya buruk, dalih tersebut sangat manjur dan dia menggunakannya terus menerus dan menimbulkan kepercayaan terhadap dalih tersebut sehingga pada akhirnya dia benar-benar menderita kelainan jantung

Berdalih adalah suatu sikap yang harus kita tolak dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Sembilan puluh sembilan persen dari kegagalan berasal dari orang-orang yang mempunyai kebiasaan membuat dalih-dalih. Mereka yang tidak setia akan selalu membuat dalih dan mereka yang setia akan mencari jalan.

Setiap dalih yang kita buat akan mendahului kegagalan. Bagi setiap dosa, setan siap untuk menyediakan sebuah dalih. Tidaklah mengherankan bila kita menjadi ahli dalam berdalih karena mempunyai tuan yang ahli dalam membuat perdalihan: IBLIS.

Berhentilah  berdalih. Berhentilah  membenarkan diri sendiri. Berhentilah membenarkan tindakanmu. Berhentilah mengatakan Tuhan tidak adil dalam kehidupanmu. Berhentilah berkompromi.

Hidup ini memang tidak adil,  tetapi Tuhan itu adil.  Ini saatnya,  Bangkit dan hiduplah sungguh-sungguh di hadapan Tuhan. Percayalah, kita tetap Tuhan undang. Percayalah, kita tetap Tuhan panggil “dalam pesta” dan bekerja “di kebun anggurnya”.

Banyak orang yang dipanggil ke dalam pesta Tuhan, tetapi sedikit yang terpilih. Sudahkan kita berpakaian pesta yang layak untuk menghadiri undangan Tuhan? Banyak orang yang dipanggil untuk bekerja di kebun anggurnya, tetapi srakah, rakus, bahkan membunuh Putra Sang Pemilik Kebun Anggur.

Ketiga perumpamaan mengingatkan kita akan Allah yang selalu mengundang kita untuk hidup bersama dengan Dia. Dia telah menyiapkan dan menyediakan segala sesuatu untuk kita...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

REFLEKSI : 104 PAHLAWAN NASIONAL ROBERT WOLTER MONGISIDI

Robert dilahirkan di Malalayang< Manado,   anak ke-4 dari Petrus Mongisidi dan Lina Suawa,   14 Februari 1925. Panggilan akrab Robert...